News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Jatim

Bakmi Jogja Putrojoyo, Mengobati Rasa Lapar Sekaligus Rindu Kampung Halaman

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bakmi Jogja Putrojoyo di Surabaya.

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Warga Surabaya yang kangen dengan kuliner Yogya, tak perlu jauh-jauh pergi ke kota gudeg.

Di Surabaya  banyak warung yang menyediakan makanan khas Yogyakarta.

Salah satunya, tempat ini, yang, memperdengarkan musik pengiring makan dan ornamen seperti meja dan kursi, ikonik dengan Yogya.


Pengunjung terlihat lahap menyantap Bakmi Jogja Putrojoyo. (Surya/Fitra Herdian)

Beberapa bingkai foto menempel di bagian lorong warung, yang menghubungkan bagian depan dan warung bernama Bakmi Jogja Putrojoyo ini.

Papan nama bercat hijau sebagai latar tulisan merah. Lokasinya di Jl Kutisari Selatan, Surabaya, sebelah timur UK Petra.

Bakmi Putrojoyo mulai buka pukul 16.00-23.00 WIB.

Sehari-hari warung bakmi milik Agung ini dipadati pembeli dari beragam profesi dan usia.

"Rasanya hampir sama dengan yang di Yogya," kata Agus Ariyanto, yang tiga kali seminggu mampir di warung ini.

Mi godhog alam Bakmi Putrojoyo mampu mengobati rasa kerinduan akan kampung halaman.

Karyawan swasta ini merasakan aroma kaldu ayam dari kuah mi godhog itu.

Sebuah aroma yang khas sekali. Tak terlalu tajam dan warna kuah yang natural.


Ilustrasi. Warta Kota/Vini

Berbeda dengan warna kaldu yang diberi bumbu siap saji.

Berkat kuah khas itu, Agus Ariyanto langsung mengajak teman-temannya saat berkunjung untuk kedua kalinya.

Penuturan sama telontar dari Firdian. "Mi-nya enak, kuahnya enak, jadi obat rindu ketika kangen dengan rumah saya di Yogya," tuturnya Firdian yang menemukan Bakmi Putrojoyo di suatu malam saat kelaparan.

Di bagian belakang, Kepala Juru Masak Suparsi menceritakan proses pengolahan bakmi khas di warungnya.

Dia cekatan meramu semua bumbu yang sudah disiapkan dari rumah. Bumbu sudah dalam bentuk halus.

Suparsi menumis bumbu itu di penggorengan yang berisi minyak hingga tercium harum.

Tak menunggu lama, air kaldu dari ayam kampung langsung dimasukan sampai mendidih, disusul telur, potongan sayur dan terakhir mi.

Wajan kemudian ditutup kurang lebih 1 menit, atau tidak sampai air kaldu habis. Lalu dipindah ke piring.

"Proses membuatnya terbilang tidak lama, hanya lima menit, sudah siap santap," tutur Suparsi.

Warna kekuningan terlihat dominan dari mi godhog. Warna itu berasal dari kuah dan mi telurnya.

Kuahnya sedikit keruh karena tercampur telur mata sapi yang digoreng secara orat-arit. Tambahan irisan ayam kampung.

Rasa kuahnya gurih, ditambah telur yang diorat-arit tadi semakin kuat gurihnya.

Bagi Anda yang tak terlalu suka rasa gurih tak perlu khawatir, karena ada pendamping berupa cabe rawit hijau dan acar.

Kuah yang kaya rasa gurih ini berasal dari kaki ayam kampung betina. Kakinya tak sembarangan pula, harus yang berwarna kuning.

"Supaya ada rasa manis, tidak melulu gurih, dan ayam harus pernah bertelur," tukas Agung, si empunya warung.

Karena jika sudah pernah bertelur kaya akan lemak, ketika direbus.

Pembuatan kaldu tak lama. Jika semua bahan sudah terpenuhi, tinggal merebusnya selama lima menit hingga lemak keluar bercampur air yang mendidih. (fitra herdian a)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini