Sayangnya, sang buaya muara yang banyak mendiami sungai dan muara sungai tak satupun terlihat selama perjalanan.
"Kalau buaya memang banyak di sini, sering ketemu kalau menyusuri sungai ini," ungkap Andi warga Sungaiselan yang memandu perjalanan.
Sayangnya rencana menyusuri alur sungai Bangka Kota tak bisa dilakukan lantaran dangkalnya muara sungai.
Bahkan dua kapal motor sempat kandas selama sekitar satu jam ketika hendak masuk ke muara sungai Bangka Kota.
Akhinya rute dialihkan ke dermaga Permis yang letaknya bersebelahan dengan Bangka Kota.
Dari sini rombongan selanjutnya menempuh jalan darat menuju kota Toboali untuk melakukan peletakan batu pertama pembangunan Mesjid Laksamana Cheng Ho di Toboali.
Pimpinan rombongan Napak Tilas Emron Pangkapi mengungkapkan dalam buku sejarah Cheng Ho pernah menguasai selat Malaka dan berpangkalan di Palembang.
Beliau dalam perjalanannya melintasi Selat Bangka selalu mampir di pulau Bangka bagian selatan dan mengambil air.
"Kalau berdasarkan cerita mulut kemulut beliau lama di Toboali dan disebutkan beliau juga ke Belitung. Alangkah naif kalau kita tidak menapaktilasinya. Ini momentum kita untuk memperkenalkan titik-titik perjalanan Cheng Ho," jelas petinggi PPP yang juga merupakan ketua DPRD Babel pertama ini.
Menurut Emron berdasarkan catatan sejarah masa lampau, kota-kota yang ramai di Pulau Bangka dulunya adalah sungai-sungai yang berhadapan langsung dengan Selat Bangka seperti Bangka Kota dan Sungaiselan dan Kota Kapur.
"Mungkin bagi kita Bangka Kota sekarang adalah sebuah kampung. Tapi di masa lalu orang tahunya kota di Bangka itu Bangka Kota," jelasnya.