TRIBUNNEWS.COM - Hipotermia bisa terjadi di mana saja, termasuk wilayah tropis seperti Indonesia.
Pelajari pertolongan pertama jika teman mendaki Anda terkena gejala hipotermia.
CNN
Hipotermia bisa berujung fatal, termasuk kematian.
Oleh karena itu ada baiknya mengenali gejala-gejala hipotermia serta melakukan pertolongan pertama.
Hipotermia adalah kondisi ketika suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 derajat Celcius.
Suhu dalam ini berbeda dengan suhu luar atau suhu kulit.
Suhu tubuh normal adalah 36,5-37,5 derajat Celcius.
Saat kurang dari itu, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.
"Harus segera dilakukan pertolongan pertama jika ada yang terkena gejala hipotermia," tutur Adi Seno, pendaki gunung senior dari Mapala UI sekaligus pemanjat tebing kenamaan Indonesia kepadaKompasTravel, Senin (30/5/2016).
Hipotermia bisa diklasifikasikan sebagai ringan, sedang, dan berat. Hipotermia ringan terjadi bila suhu dalam tubuh berkisar 34-36 derajat Celcius.
Hipotermia sedang terjadi bila suhu dalam tubuh antara 30-34 derajat Celcius.
Terakhir, hipotermia tergolong berat bila suhu dalam tubuh kurang dari 30 derajat Celcius.
Adi Seno menuturkan, beberapa gejala hipotermia antara lain tidak berhenti menggigil, halusinasi, juga muntah-muntah.
Oleh karena itu, harus segera dinaikkan suhu tubuhnya.
"Dengan cara mengganti pakaian basah dengan yang kering, kemudian membalutnya dengan selimut atau sleeping bag. Sebisa mungkin satu orang ada yang menghantarkan panas tubuhnya ke orang tersebut," paparnya.
Saat menggigil mulai berkurang, 'pasien' bisa diberi minum air putih hangat dan makanan hangat. Inilah cara termudah untuk mengantisipasi hipotermia ringan.
Namun jika ia mengalami hipotermia sedang atau berat, harus dilakukan perawatan khusus di rumah sakit berupa rewarming atau peningkatan kembali suhu tubuh.
Penyebab hipotermia bisa beragam. Selain suhu dan ketinggian, bisa jadi karena pendaki mengenakan baju basah saat tidur atau ketika tidak ada asupan makanan.
" Yang paling fatal sebetulnya jika tidak makan," lanjut Adi Seno.
Kompas.com/Sri Anindiati Nursastri