Laporan Wartawan TribunSolo.com, Labib Zamani
TRIBUNNEWS.COM, SOLO – Dapoer Bistik Solo, Jawa Tengah dahulu didirikan untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi para eks nara pidana (napi) terorisme.
Pertama kali didirikan di Semarang pada Juni tahun 2009 dengan nama Dapoer Bistik.
Bistik iga sapi.
Pendirinya adalah Noor Huda Ismail, dari Yayasan Prasasti Perdamaian Jakarta.
Di Semarang Dapoer Bistik membuka tiga cabang, yakni di Jl dr Wahidin, Jl Kusumawardani kawasan Simpang Lima, dan di Kampus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Setelah di Semarang kemudian membuka cabang di Solo pada Februari tahun 2012.
Menurut penanggung jawab Dapoer Bistik Solo, Widodo (29), Dapoer Bistik Solo merupakan makanan peranakan Belanda dan Indonesia.
“Dapoer bistik Solo sebenarnya mengembalikan ke historikal makanannya sendiri. Bahwa bistik ini makanan peranakan, jadi penyajiannya pun tidak berkuah banyak,” kata Widodo ketika diwawancarai TribunSolo.com, di Jl Kebangkitan Nasional No 62, Penumping, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (3/6/2016).
Dia mencontohkan, seperti bistik di Yogyakarta penyajian makanan asli Belanda selalu menggunakan kuah banyak.
Namun bistik di Dapoer Bistik Solo justru disajikan dengan menggunakan kuah sedikit.
Penyajiannya menggunakan gerabah/canting terbuat dari tanah liat.
“Kita menyesuaikan lidah orang Jawa dengan rasa manis atau pedas manis,” jelasnya.
Dapoer bistik Solo memiliki 15 menu makanan.
Tetapi yang menjadi unggulan Dapoer Bistik Solo adalah bistik iga sapi dan bistik lidah sapi.