News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wisata Bali

Masjid Assyuhada: Masjid Bersejarah di Bali, Hadiah Raja Badung kepada Ulama dari Makassar

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Assyuhada, Bali.

Laporan Wartawan Tribun Bali, Cisilia Agustina Siahaan

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Kampung Bugis, Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan merupakan satu di antara kawasan muslim di kota Denpasar, Bali.

Tak hanya dikenal sebagai salah satu pusat kebudayaan muslim, namun berbagai sejarah masuknya Islam di Serangan hadir di tempat ini.


(Tribun Bali/Cisilia)

Ketika berwisata ke Bali, tidak ada salahnya menengok cerita pusat kebudayaan muslim di Bali ini.

Kawasan yang memiliki lebih dari 100 Kepala Keluarga (KK) ini, menghadirkan beberapa situs dan peninggalan bersejarah terkait masuknya peradaban islam pada abad ke - 17 ke Pulau Serangan.

Di antaranya adalah Masjid Assyuhada, Al-Quran Kuno, Kompleks Makam Kuno dan Rumah Adat Bugis.

“Pertama kali, dulu ada seorang tokoh, namanya Syeikh Haji Mu'min dari Ujung Pandang, yang kabur dari tempat asalnya saat zaman penjajahan VOC, makamnya pun ada di kampung ini. Menurut peneliti, berdasarkan ukiran dan apa yang tercantum di batu nisan kuburan, ada petunjuk ini telah ada sejak abad ke-17," ujar Haji Mansyur, sesepuh di Kampung Bugis Serangan kepada Tribun Bali.

Yang mana, menurut Haji Mansyur, Syeikh Haji Mu'min ini juga yang menjadi penggagas berdirinya Masjid Assyuhada, masjid tertua di Kampung Bugis Serangan.

Menurut cerita masyarakat setempat di sini, pembangunan masjid tersebut merupakan bentuk hadiah Raja Badung kepada Saehaji Mu'min, yang sukses membantunya memenangkan perang pada masa peperangan zaman dahulu.

“Waktu zaman perang dulu, Raja Badung meminta bantuan kepada Syeikh Haji Mu'min. Dan dalam peperangan itu, mereka bisa menang, yang kemudian sebagai bentuk hadiah, Raja Badung memberikan segala bantuan untuk keperluan membangun masjid ini,” tambah pria berusia 75 tahun ini.

Awalnya, Haji Mansyur menambahkan, Syeikh Haji Mu’min hanya meminta izin dan bantuan untuk membuat mushola saja, namun Raja Badung memberikan tawaran yang lebih.

Untuk sekalian membuat masjid, terserah ingin sebesar apa, begitu menurut cerita yang ia dapatkan dari para leluhurnya.

Hingga saat ini, masjid tersebut pun masih berdiri kokoh.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini