Rahasia di balik kuliner favorit pejabat
Cerita-cerita yang beredar tersebut membuat KompasTravel penasaran rahasia di balik sajian sate buntel sate buntel KompasTravel coba pesan saat melihat menu yang disajikan.
Selang sekitar 10 menit, sajian kuliner sate buntel hadir di meja. Satu porsi sate buntel terdiri dari dua tusuk olahan daging kambing yang dililit pada sebilah bambu seperti sate lilit dari Bali.
Ketika digigit, daging kambing yang dibungkus dengan lemak daging terasa empuk dan tak berbau prengus.
Bumbu kuah kecap serta gurih dari bawang putih menyerap ke dalam gilingan daging kambing.
Sudarto membeberkan, rahasia di balik lunaknya yang digunakan adalah pemilihan kambing yang berumur sekitar satu tahun.
Kambing dengan umur yang tergolong muda tersebut meminimalisir bau prengus daging.
“Kalau kambing yang digunakan sudah tua akan alot dan berbau prengus,” ujar Sudarto.
Rahasia pemilihan daging tersebut ia pelajari bersama almarhum Bu Sakiyem dari Mbah Bejo yang mana masih berstatus saudara sejak tahun 1975.
Hingga saat ini berjualan selama 36 tahun sejak tahun 1980, standar serta resep tersebut ia tetap jaga untuk menyajikan kualitas olahan daging kambing untuk para konsumen.
“Kalau untuk bumbu kecap sama saja dengan yang lain, ada kecap, bawang merah. Kalau untuk tambahannya ada kol, irisan jeruk nipis, dan cabe,” ungkapnya.
Lunaknya daging sate kambing juga diakui oleh salah satu pembeli di Warung Sate Mbok Galak. Datang dari Malang bersama rekannya, Amirushufi (26) mengaku daging kambing terasa lunak.
“Ini proses kematangan kematangannya beda dan bumbunya meresap ke daging juga lunak,” pungkas laki-laki yang kerja sebagai mekanik pesawat di Bandara Soekarno Hatta itu.
Sate buntel di Warung Sate Mbok Galak ditawarkan dengan harga Rp 35.000 untuk dua tusuk. Sementara, 10 tusuk sate kambing dan tongseng juga dijual dengan harga sama seperti sate buntel.
Untuk tengkleng dan gule seharga Rp 20.000. Warung Sate Mbok Galak buka hingga sekitar pukul 18.00 WIB.