TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kota Palembang memiliki kain khas yang telah dikenal oleh dunia, yaitu tenun songket. Konon, kata songket berasal dari kata disongsong dan di-teket. Kata “teket” dalam bahasa Palembang lama artinya sulam.
Kata tersebut merujuk pada proses penenunan dengan memasukkan benang dan peralatan lainnya ke Lungsin (benang tenun) dengan cara disongsong. Pembuatan kain songket pada dasarnya dilakukan dengan cara disongsong dan disulam.
Kali ini, Minggu (4/6), tim Tour de Sumatera Mudik 2017 mendatangi Griya Kain Tuan Kentang, di Jalan Aiptu A Wahab, Kelurahan Tuan Kentang, Kota Palembang.
Jika ditempuh naik mobil atau sepeda motor, lokasi Griya Kain dari pusat kota hanya sekitar 15 menit.
Kenapa tempat ini menjadi pilihan kami untuk disinggahi? Pasalnya, Griya Kain merupakan Kelompok Usaha Bersama (KUB), tempat di mana para pengrajin kain di Tuan Kentang menitipkan produknya untuk dipasarkan.
Saat kami mendatangi Griya Kain tersebut, belasan pengunjung sedang memilih dan membeli kain. Habibi, Ketua KUB Griya Kain Tuan Kentang, mengatakan pihaknya juga menjual kain tenun tajung dan kain jumputan.
“Ada sekitar 25 pengrajin kain, baik itu tenun tajung, tenun songket, maupun kain jumputan. Jadi pembeli mau cari model seperti apa saja yang diinginkannya bisa didapatkan disini,” kata Habibi.
Kain songket dijual mulai dari kisaran harga Rp1,5 juta hingga Rp5 juta. Sementara tenun tajung dijual mulai kisaran harga Rp100 ribu hingga Rp900 ribu. Bahannya ada yang dari sutra, semi sutra, dan katun.
Sedangkan kain jumputan dijual mulai harga Rp50 ribu-Rp400 ribu. Jenisnya ada sifon, katun, fiskos, dobi.
Motif yang ditawarkan pun beragam. Mulai motif titik tuju, titik lima, titik sembilan, dan motif yang lebih modern.
“Saat ini yang sedang ramai dibeli pelancong adalah kain jumputan. Jenis ini memang unik dan jarang ditemui di daerah lain,” kata Habibi.
Sementara itu, seorang pengunjung, Irma menuturkan, kedatangannya ke Griya Kain untuk membelikan buah tangan buat koleganya.
“Kalau beli di sini harganya lebih murah dan jenisnya atau motifnya juga jarang ditemui di tempat lain. Kualitasnya juga bagus,” ujar perempuan asal Jakarta yang kebetulan berkunjung ke Palembang tersebut. (tribunnews/ape)