TRIBUNNEWS.COM - Diandra sangat suka sekali travelling keliling Indonesia. Hampir semua tempat pernah dia kunjungi, mulai dari Medan, Pontianak, hingga ke pedalaman daerah NTB. Sekian lama berpetualang, tercentus ide dalam benaknya untuk menuliskan semua pengalaman yang ia rasakan ke dalam sebuah buku.
Tapi untuk memulainya, Diandra merasa bingung harus melalukan apa. Untungnya selama pertualangan tersebut, ia selalu menuliskan jurnal tentang apa saja yang ia alami selama perjalanan.
Bermodalkan jurnal tersebut, Diandra memantapkan hatinya dan mulai menuliskan kisahnya.
Apa yang dialami Diandra mungkin kerap kali dialami oleh mereka para traveler yang ingin mentranslatekan apa yang mereka rasakan ketika travelling.
Menurut A Fuadi, salah satu penulis bestseller Indonesia yang telah mengeluarkan beberapa novel bertema pendidikan dan travelling seperti Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, Rantau 1 Muara hingga karya terbarunya Anak Rantau mengatakan bahwa dalam menuliskan sebuah karya fiksi tentang travelling bisa dimulai dengan menuliskan catatan perjalanan.
“Semua bisa diawali dengan as simple as travel note, jadi kayak catatan perjalanan gitu. Seperti diari saja, misalnya hari ini saja jalan-jalan ke Disneyland dan lain-lain,” ujar A Fuadi.
Hal ini, menurut A Fuadi bisa mengawali seseorang ketika menulis sesuatu yang lebih rumit lagi.
“Tapi yang lebih simpel lagi, bagi para penulis pemula, mereka bisa menulis ala reportase. Ini juga seperti latihan menulis, sehingga lama kelamaan akan terbiasa,” ujar A Fuadi.
Jika ingin melakukan proyek menulis lebih besar, tambah A Fuadi, tulisan yang diciptakan haruslah lebih kompleks bila dibandingkan catatan perjalanan. Ia juga mengungkapkan bahwa karya fiksi yang diciptakan tak melulu soal perjalanannya.
“Yang diperlajari atau yang dituliskan itu kadang-kadang bukan tentang perjalanannya. Mungkin saja sebuah karakter disana, beberapa bagian yang dia pelajari selama perjalanan itu dan masih banyak lagi,” ujar A Fuadi.
Oleh sebab itulah, menurut A Fuadi, sangat penting untuk memiliki catatan perjalanan supaya kedepannya nanti bisa digali kembali menjadi bahan penulisan yang sangat berguna.
“Jadi catatan perjalanan itu menjadi bagian dari memori, dan akan menjadi bahan penulisan yang lebih bagus. Yah mungkin sekarang saya travelling, mungkin itu ga akan muncul dalam karya saya dalam waktu dekat, namun dalam sebuah episode pada sebuah novel, yang terinspirasi dari perjalanan waktu itu,” terang A Fuadi.
Mulai Dari Sekarang!
Untuk itulah, sebagai permulaan untuk latihan menulis tentang travelling, media sosial dapat digunakan bagi mereka yang ingin menjadi penulis profesional seperti penulis novel, sajak, dan penulis puisi.
Melalui akunnya Tribunnews.com juga menyediakan wadah bagi para calon penulis untuk menuliskan karya sastra mereka melalui media sosial, sekaligus memperingati bulan Oktober sebagai bulan bahasa Indonesia.
Tribunnews.com mengajak para warganet untuk berpatisipasi mengirimkan karya sastranya menggunakan tagar #Tribunnews dan #IndonesiaMembahana.
Ingin ikut berpatisipasi dan karya sastramu dibaca banyak orang? Informasi lebih lanjut bisa kamu dapatkan melalui situs ini.