Setelah mendapatkan tiket di stasiun Taoyuan untuk jadwal perjalanan jam 09:43, saya pun bersiap menunggu di Platform 2, di mana kereta berada.
Oiya, harga tiket dari Stasiun Taoyuan menuju Zuoying di Kaohsiung ini adalah 1.195 dolar Taiwan atau setara 550 ribu rupiah.
Harga ini sama antara yang beli sebelum hari keberangkatan dan hari H keberangkatan.
Bedanya, kalau sebelum hari keberangkatan kita duduk sesuai nomor, kalau pas hari H, kita boleh bebas memilih tempat.
Tapi, aturan tiket tempat duduk bebas ini hanya berlaku untuk tiga kereta, yakni kereta 10,11, dan 12.
Masuk kereta, konfigurasi tempat duduk ternyata berbeda dengan kereta di Indonesia yang 2-2 alias 2 kanan dan 2 kiri.
THSR memiliki konfigurasi kursi 2-3, sama seperti shinkansen di Jepang.
Interior di THSR mengingatkan kita pada interior di pesawat berbiaya murah.
Bedanya, jarak antar-kursi terlihat lebih lega.
Di setiap kursi juga dilengkapi dengan meja lipat. Namun, meja lipat ini terletak di punggung kursi di depannya, diletakkan bersama brosur mengenai kereta.
THSR, yang memiliki 12 rangkaian hanya memiliki satu toilet, yakni di bagian depan atau belakang.
Meski demikian, kebersihannya terjaga sehingga penumpang merasa nyaman saat akan buang air.
Di sepanjang perjalanan, awak kereta juga menjajakan makanan ringan maupun minuman, persis seperti di kereta-kereta Indonesia.
Merasakan jalannya kereta, terasa benar perbedaan kereta peluru dengan kereta api biasa.
Meski melaju kencang sampai 300km/jam, kereta tak terasa bergoncang.
Suara jeglek-jeglek yang biasa kita dengar saat roda melewati celah antar-rel juga sama sekali tak terdengar, mulus sekali.
Suara yang cukup terdengar mungkin adalah suara wuuuungg saat mesin THSR menderu meski juga tak terlalu mengganggu.
Jadi, sudah siap mencoba kereta cepat rasa shinkansen di Taiwan?