TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keputusan maskapai AirAsia menghentikan sementara rute penerbangan internasional Bandara Silangit-Kuala Lumpur dengan alasan load factor (faktor muat) harus disikapi serius .
Bagi pemerintah dalam hal ini, Kementerian Pariwisata, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT), Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan 7 Pemerintah Daerah Kabupaten yang berada di kawasan Danau Toba, penghentian rute penerbangan internasional itu jadi pemantik melakukan evaluasi menyeluruh tentang produk pariwisata kawasan Danau Toba.
Upaya pemerintah membenahi kawasan Danau Toba guna meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan sangat membutuhkan terobosan yang luar biasa, terutama mendefinisikan produk dan promosi wisata Danau Toba .
Hal ini ditegaskan pemerhati pariwisata Ir.Sanggam Hutapea, MM dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (8/3), di Jakarta, menanggapi keputusan maskapai AirAsia menghentikan sementara rute penerbangan internasional Bandara Silangit-Kuala Lumpur.
Menurut Sanggam, sejak pemerintah menetapkan Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata, sampai sekarang belum ada bentuk produk wisata kawasan Danau Toba.
" Jujur, sesungguhnya sampai sekarang produk wisata Danau Toba itu belum terdefinisikan dengan bagus. Apa sebenarnya produk wisata Danau Toba, apakah keindahan alam, Kuliner, Budaya , atau yang lain? Kalau kita putuskan produk wisata Danau Toba adalah keindahan alam, maka dititik-titik mana wisatawan harus dibawa. Kalau produk wisata budaya, maka budaya seperti apa yang akan kita tonjolkan," katanya.
Demikian juga fasilitas, Fasilitas apa yang sesungguhnya yang sudah ada di Danau Toba sekarang ? tanyanya sembari mengingatkan bahwa produk wisata itu juga menyangkut fasilitas.
Salah satu fasilitas itu dan ada diseluruh dunia, yakni kuliner.
Di kawasan Danau Toba tempat kuliner ini belum memenuhi. Dia mencontohkan di Bali ada Jimbaran tempat wisatawan makan malam di tepi pantai, dan pada saat makan malam, wisatawan disungguhi tari tarian tradisional dan alunan lagu-lagu. " Fasilitas yang begini belum ada di kawasan Danau Toba," tukasnya.
Padahal, banyak lokasi di kawasan Danau Toba yang bisa dibenahi sebagai tempat kuliner, dan talenta masyarakat di kawasan Danau Toba yang rata rata andalan menyanyi masih ditampilkan .
" Potensi yang dimiliki masyarakat kawasan Danau Toba ini salah satu yang perlu dievaluasi," tandasnya.
Dalam menentukan produk wisata Danau Toba, Sanggam Hutapea mengakui belum melihat banyak peran Pemerintah daerah, khususnya Pemda di wilayah kawasan Danau Toba . Padahal, keberadaan BPODT sebagai wakil pemerintah pusat di kawasan Danau Toba hanya membuat konsep , sedang yang mengeksekusi produk produk itu sejatinya adalah Pemda di kawasan Danau Toba itu sendiri.
Dari sisi promosi, Sanggam mempertanyakan apakah promosi pariwisata Danau Toba dilakukan diluar negeri atau di dalam negeri .
Lazimnya, menurut Sanggam Hutapea, untuk promosi kawasan wisata baru penopangnya itu adalah pasar dalam negeri, kalau pasar luar negeri ( wisatawan manacanegara) butuh waktu.