Selain penyambutan, melaui upacara Waelu, Anda juga diberkati dengan doa-doa kebaikan dan keselamatan saat tinggal di Wae Rebo.
Sejak pagi hari, warga Wae Rebo mulai sibuk menanam biji kopi dan mengolahnya. Dan meskipun menenun bukan kegiatan utama di sini, tetapi Anda masih bisa menemukan beberapa wanita yang menenun kain songket.
Yang paling menarik, wisatawan diperbolehkan untuk bermalam di mbaru niang, bersosialisasi, dan makan malam bersama penduduk asli.
Anda akan tidur di atas tikar dan merasakan bagaimana kehidupan di Wae Rebo. Kehangatan tinggal satu atap dengan penduduk lokal tidak akan bisa Anda lupakan.
Cara menuju ke Wae Rebo
Desa Wae Rebo dapat dicapai menggunakan pesawat menuju Labuan Bajo. Selanjutnya, perjalanan akan ditempuh melalui jalur darat.
Dari Labuan Bajo, Anda harus pergi ke Ruteng—dengan perkiraan waktu tempuh perjalanan sekitar empat jam. Sampai di Ruteng, Anda masih harus pergi ke Denge, desa terdekat dengan Wae Rebo.
Dari Denge ke Wae Rebo, perjalanan tidak dapat dilakukan menggunakan kendaraan, sehingga Anda harus mendaki selama tiga jam. Namun, jangan khawatir, meskipun jalanan sedikit menanjak dan terjal, tetapi Anda akan ditemani oleh pemandangan yang indah.
Di jalur pendakian, juga tersedia tiga pos peristirahatan. Pos pertama bernama Wae Lomba, yang jaraknya kurang lebih satu jam perjalanan dari Denge.
Selanjutnya, Anda akan menemukan pos Pocoroko, dan yang terakhir adalah Nampe Bakok. Di pos ketiga, Anda bisa menikmati pemandangan pegunungan sebelum menginjakkan kaki di desa Wae Rebo.
Tertarik untuk mencari informasi lebih lengkap dan beragam mengenai Wae Rebo? Tidak perlu khawatir, pesona.travel menyediakan banyak informasi terkait.
Berita ini sudah tayang di nationalgeographic.co.id dengan judul "Keindahan Wae Rebo, Desa di Tengah Pegunungan