News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mengintip Kampung Suku Bajo, Sang Pengembara Samudra di Wakatobi

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anak-anak di Bajo Mola, Wakatobi

TRIBUNNEWS.COM, WANGI-WANGI - Jika kita mendengar suku Bajo, ingatan kita langsung tertuju suku perantau yang memiliki keterampilan tinggi menaklukkan ganasnya samudera. 

Jika sedang di Wakatobi dan penasaran ingin melihat keseharian warga Bajo, sempatkan menyambangi Desa Mola Raya di Pulau Wangi-Wangi Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Desa ini menjadi salah satu destinasi para turis.

Letaknya sekitar 28 km dari Bandara Matahora atau 0,5 km dari pusat ibu kota kecamatan Wangi-Wangi. Permukiman orang Bajo Mola Raya terdiri atas Mola Utara, Mola Bahari, Mola Selatan, Mola Samaturu, dan Mola Nelayan. 

Baca: Cerita Lengkap Hilangnya Wanita Asal Surabaya di Australia, Diduga Korban Pembunuhan Suami Bulenya

Dengan cakupan luas area sekitar 8 hektare, lebih dari 8.057 jiwa orang Bajo bermukim di Mola Raya. 

Gerbang Benteng Liya, warisan budaya Kesultanan Buton, di Pulau Wangi-Wangi, Waktobi, Sulawesi Tenggara.

Rumah tancap tertata rapi memanjang menyusuri tepi pantai menjadi pemandangan yang khas.

Baca: Keindahan Aek Natonang, Danau di Atas Danau di Kabupaten Samosir

Di Mola Raya, para wisatawan berkesempatan mengenal kekayaan dan keunikan budaya orang Bajo melalui wisata walking tour, bersampan di perkampungan, dan menikmati kuliner tradisional.

Kami juga memiliki makanan seperti sashimi yakni hasil tangkapan ikan cakalang langsung dicacah lalu dimakan begitu saja, manis rasanya, kata Mukmin, warga Mola kepada Tim Jelajah Ekonomi Pariwisata KONTAN.

Kasoami, makanan pokok masyarakat Wakatobi yang berbahan baku singkong.

Para turis juga berkesempatan belajar membaca bintang yang menjadi keahlian orang Bajo. Ada empat bintang yang akrab dengan orang Bajo; pupuru alias bintang tujuh, kalajengking, bintang layang-layang, dan bintang kejora (timur).

Bintang ini sebagai penunjuk arah dan waktu, keadaan cuaca, serta penanda keberadaan ikan bagi orang Bajo, jelas Mukmin.

Satu lagi wisata yang tidak kalah menariknya yaitu mengamati lumba-lumba plus memahami cerita seputar kehidupan orang Bajo dan hubungannya dengan lumba-lumba atau lummu dalam bahasa meraka.

Keberadaan lumba-lumba menjadi penanda nelayan Bajo terhadap keberadaan ikan, umumnya ikan cakalang dan ikan tuna.

Berkembangnya permukiman Mola Raya sebagai salah satu tujuan wisata bahari di Wakatobi mulai sejak tahun 2013. Semenjak Bank Mandiri melalui Program Mandiri Bersama Mandiri (MBM) bekerjasama dengan British Council masuk membina kelompok masyarakat Desa Mola.

Terhitung sejak 2014 dan resminya 2015 kami sudah memiliki paket wisata Mola, jelas Ketua Lembaga Pariwisata (Lepa) Mola Samran.

VP Bank Mandiri area Sulawesi Tenggara Ganjar E. Suganda mengatakan, Bank Mandiri melihat potensi ekonomi yang bisa digarap di Wakatobi masih cukup besar.

Karena itu, pada prinsipnya Bank Mandiri siap mendukung pengembangan pariwisata Wakatobi agar dapat semakin meningkatkan ekonomi lokal, jelasnya.

 
Laporan Reporter: Yudho Winarto

Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Melihat keseharian Suku Bajo, sang pengembara samudra 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini