TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harumnya dimsum yang menyeruak ke udara sangat menggoda.
Ditambah potongan udang atau kepiting, dimsum kian menggugah selera.
Dimsum yang dikenal merupakan makanan tradisional China sejak zaman Dinasti Han era 206-220 Sebelum Masehi itu memang kini populer bagi masyarakat Indonesia.
Tekstur lembut dengan cita rasa gurih dimsum kini jadi banyak incaran orang.
Baca: Bupati Gowa Minta Acara Ijtima Asia 2020 Dilaksanakan Hanya 1 Hari
Pemilik Kedai Yehud Dimsum, Elnawati menyebutkan dimsum kini menjadi camilan yang ringan bagi masyarakat Indonesia.
Baca: Riwayat Perjalanan Pasien Virus Corona yang Meninggal RSUP Haji Adam Malik: Pernah ke Italia
Sebab, bukan hanya dapat dikonsumsi orang dewasa dan anak-anak, dimsum dapat dikonsumsi kapan saja.
Karena itu, Kedai Yehud Dimsum miliknya yang berada di Jalan LB Pos, Bojong Pondak Terong, Cipayung, Depok, Jawa Barat itu diakuinya selalu ramai dikunjungi pembeli.
Terlebih, Kedai Yehud Dimsum itu berdekatan dengan pintu masuk bagian barat Stasiun Citayam.
"Dimsum yang saya jual ada banyak varian. Jadi bahan dasarnya ayam dibungkus kulit siomay ditambah aneka macam isian, mulai dari ayam, jamur, beef (daging), cumi, kepiting, dan udang.
Selain memiliki banyak varian, dimsum olahannya diakui Elnawati tidak menggunakan bahan pengawet ataupun pewarna buatan.
Dimsum yang ditawarkan katanya sangat segar, sebab dimsum miliknya dibuat dan dijual pada hari yang sama.
"Semuanya fresh, jadi rasanya lebih gurih. boleh dicoba," ungkapnya berpromosi.
Tawarkan Waralaba
Tidak hanya membuka cabang, Elnawati mengaku membuka kesempatan waralaba bagi masyarakat yang hendak membuka bisnis yang serupa dengannya.
Kesempatan waralaba tersebut dipaparkannya tidak membutuhkan banyak persayaratan ataupun modal yang besar.
Bagi mereka yang ingin menjadi pewaralaba, Elnawati hanya menyebutkan modal awal adalah ketekunan.
"Jadi modalnya cuma berani mencoba. Bisa tanpa tempat, tanpa karyawan juga sudah bisa jualan, karena dimsum ini bisa dijual di semua tempat, misalnya kantor, sekolah, kampus, bazar atau CFD (Car Free Day)," ungkap Elnawati.
Oleh karena itu, dirinya mengajak masyarakat untuk bergabung dengannya. Selain hanya membutuhkan modal yang sangat terjangkau, yakni sebesar Rp 150.000, dirinya tidak mengambil keuntungan atas penjualan dimsum.
"Hasil keuntungan semua untuk mitra, tidak ada bagi hasil, jadi beda sama francise (waralaba) lain," ungkap Elnawati.
Berita ini tayang di Warta Kota dengan judul Mencicipi Legitnya Aneka Varian Dimsum di Pinggiran Kota Depok, Yehud Dimsum Satu di Antaranya