Mulai dari rasa gemetar, mual-mual, lelah, kedinginan, muntah, sampai timbul perasaan jenuh.
"Itu hampir nangis. Tapi yang membuat saya beneran nangis, adalah saya inget omongan anak saya," tuturnya.
Satu-satunya hal yang memotivasi Ramon untuk kembali bangkit adalah sang anak.
Menurut Ramon, tujuannya selama ini berlatih demi pendakian ke Gunung Kalimanjaro untuk mengibarkan sang merah putih sekaligus membawa cerita kepada sang anak.
"Saya keluarin Hp saya dari jaket, saya copot sarung tangan, cuma mau lihat video anak saya ngomong 'Papa hati-hari ya, nanti pulang main lagi', lihat itu doang saya langsung nangis. Itu spirit saya," cerita Ramon.
"Akhirnya saya bisa bangkit, hajar. Buat apa sampai sini latihan setahun kalau tinggal dikit lagi gue runtuh. Saya lihat foto anak saya, saya nangis, saya berdiri. Tujuan saya setahun latihan inten sampai atas dengan tujuan ngibarin bendera Indonesia dan pulang bawa cerita buat anak. Karena akhirnya ekspedisi atau perjalanan tujuannya hanya satu, pulang ke rumah dengan selamat sehat," pungkasnya.