TRIBUNNEWS.COM - Stasiun Manggarai direncanakan akan menjadi stasiun sentral dan akan melayani perjalanan jarak jauh.
Saat ini Stasiun Manggarai hanya melayani KRL Commuter Line tujuan Jakarta Kota, Bogor, Tanah Abang, dan Bekasi.
Jika menjadi stasiun sentral, Manggarai akan menjadi pusat pelayanan perjalanan kereta komuter, bandara dan jarak jauh.
Pengembangan Stasiun Manggarai saat ini terus berjalan dan desainnya memang akan difungsikan untuk melayani kereta jarak jauh.
Setelah pengembangan Stasiun Manggarai selesai, maka Stasiun Gambir akan dihentikan untuk melayani perjalanan KA jarak jauh dan akan dialihkan ke Stasiun Manggarai.
Stasiun Manggarai memang merupakan salah satu stasiun kereta api terbesar di Jakarta.
Stasiun yang terletak di Manggarai Jakarta Selatan ini memiliki jalur hampir sebanyak stasiun Jakarta Kota.
Lalu bagaimana sejarah Stasiun Manggarai?
Baca juga: Penjelasan KAI soal Kabar Stasiun Gambir yang Akan Pensiun
Baca juga: Banyak PR Jika Ingin Jadikan Manggarai Stasiun Sentral: Akses Jalan Sempit, Lahan Parkir Terbatas
Sejarah Stasiun Manggarai
Manggarai sendiri pada abad ke-17 dulunya dikenal sebagai tempat tinggal dan pasar budak asal Manggarai, Flores Nusa Tenggara Timur.
Para budak-budak asal Manggarai, Flores ini tinggal dan dipekerjakan di sana, oleh karena itu wilayah tersebut disebut Manggarai.
Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan Jakarta, sejarah Stasiun Manggarai telah ada sejak lama, dan didirikan setelah Staatsspoor en Tramwegen (SS) menguasai jalur kereta api di Jakarta.
Staatsspoor en Tramwegen (SS) merupakan perusahaan kereta api negara yang ada kala itu.
Sebelum ada Stasiun, kawasan Manggarai telah dilintasi jalur kereta api yang dibangun oleh perusahaan swasta Nederlansch-Indische Spoorweg Maatschappij sejak 1873.
Stasiun terdekat adalah Stasiun Bukit Duri yang letaknya 400 meter sebelah selatan Stasiun Manggarai.
Jalur kereta dikemudian hari dibeli dan dikuasai oleh perusahaan SS sejak 1913.
Setelah itu dilakukan penataan ulang jalur kereta api di Jakarta dan dibangunlah Stasiun Manggarai yang dipimpin oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. J. Van Gendt.
Empat tahun kemudian, tepatnya pada 1 Mei 1918 Stasiun Manggarai diresmikan.
Baca juga: Pengembangan Stasiun Manggarai Jadi Stasiun Sentral Butuh Waktu Minimal 5 Tahun
Baca juga: KAI Aktifkan Peron 8 Stasiun Manggarai untuk Optimalisasi Pola Transit
Dikutip dari laman Heritage KAI, Stasiun Manggarai juga sekaligus berfungsi sebagai dipo penyimpanan kereta-kereta besar.
Banyak kereta kelas eksekutif dan bisnis diparkir di stasiun ini yang selanjutnya akan menuju ke stasiun Gambir atau Jakarta Kota.
Terdapat pula balai yasa Manggarai, yang merupakan bengkel untuk melakukan perawatan rutin dan mereparasi kereta-kereta penumpang.
Tak hanya itu, sejarah pembangunan stasiun Manggarai, turut dibangun pula rumah dinas untuk para pegawai Staatsspoor en Tramwegen (SS).
Dalam sejarahnya, Stasiun Manggarai mempunyai nilai historis yang tinggi.
Menurut laman Heritage KAI, stasiun ini merupakan stasiun awal keberangkatan pemindahan ibukota sementara ke Yogyakrta pada 4 Januari 1946.
Segala persiapan rahasia untuk perjalanan Presiden dan Wakil Presiden pun dilaksanakan di stasiun ini.
Panglima Besar Jenderal Soedirman juga pernah singgah di Stasiun Manggarai dalam rangka menghadiri perundingan gencatan senjata di Jakarta.
Saat itu, kedatangan Panglima dan rombongan di Stasiun Manggarai pada 1 November 1946 disambut sorak sorai rakyat Indonesia.
Dikutip dari laman cagarbudaya.kemdikbud.go.id, Stasiun Manggarai saat ini telah di tetapkan sebagai Bangunan Stasiun Cagar Budaya.
Penetapannya tertuang dalam SK Gubernur No. 475 Th. 1993, 29 Maret 1993; Minister of Tourism No. 011/M/1999, 12 Januari 1999; SK Menbudpar No: PM.13/PW.007/MKP/05, pada 25 April 2005.
(Tribunnews/.com/Tio)