News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Taman Nasional Komodo

Ribuan Pelaku Wisata Labuan Bajo Terancam Kehilangan Pekerjaan Jika Tarif Rp 3,7 Juta Diberlakukan

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perahu wisatawan menikmati keindahan wisata di Pulau Padar di Kompleks Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Kebijakan pengelola Taman Nasional Komodo menaikkan tarif sebesar Rp 3, 75 juta per wisatawan berlaku selama satu tahun dikhawatirkan para pelaku wisata lokal akan mengurangi minat wisatawan berkunjung.

TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Kebijakan pengelola Taman Nasional Komodo menaikkan tarif sebesar Rp 3, 75 juta per wisatawan berlaku selama satu tahun terus menuai kontroversi di masyarakat dan para pelaku wisata di Labuan Bajo.

Jika tarif ini serius diberlakukan, ribuan pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf) di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat NTT terancam kehilangan pekerjaan.

Pasalnya, objek wisata Pulau Komodo dan Pulau Padar di Taman Nasional Komodo benar-benar menggantungkan mata pencaharian mereka dari wisatawan yang datang.

Sebagian besar diantara mereka adalah para pelaku usaha kecil.

Taufan Rahmadi, pemerhati pariwisata dari Indonesia Tourism Strategist, menyodorkan data yang dikutip dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat.

Disebutkan, jumlah tenaga kerja yang berasal dari industri pariwisata di Labuan Bajo sebanyak 4.412 orang pada tahun 2019 sewaktu awal pandemi berlangsung.

Baca juga: Demo Tarif Masuk Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo Berujung Rusuh, Berikut Respons Sandiaga Uno

"Saat ini di saat tren pandemi menurun dan kunjungan wisatawan mulai meningkat ke Labuan Bajo ribuan tenaga kerja ini harus kembali dihadapkan pada ancaman kehilangan pekerjaan sebagai imbas polemik kebijakan kenaikan tiket masuk 3,75 Juta tersebut," kata Taufan dihubungi dari Kupang, Selasa 2 Agustus 2022.

Ia menegaskan, kebijakan ini seakan mematikan semangat pelaku usaha untuk bangkit kembali setelah dua tahun diterpa pandemi.

Baca juga: Asosiasi Angkutan Labuan Bajo Mengaku Ditekan Ikut Aksi Tolak Kenaikan Tarif Taman Nasional Komodo

Selain berdampak ke hilangnya lapangan kerja, citra destinasi di Labuan Bajo juga ikut terancam.

Taufan menjelaskan, citra destinasi itu berkaitan dengan hal dirasakan wisatawan selama berwisata.

Karena itu, sangat penting untuk menghadirkan citra destinasi yang positif bukan negative seperti terjadinya polemik kebijakan tiket. Ujungnya ada aksi mogok sebulan oleh para pelaku pariwisata di Labuan Bajo.

"Terlebih saat ini Indonesia menjadi tuan rumah dari perhelatan G20 dan event-event internasional lainnya," sebut Taufan.

Baca juga: 40 Pendemo Kenaikan Tarif Masuk Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo Statusnya Wajib Lapor

Adapun, kata dia, potensi pendapatan kehilangan 28 miliar atau 38 persen dari sektor pariwisata.

Dia menjelaskan, dampak pemberlakuan tiket masuk baru jutaan rupiah per sekali masuk, bukan saja menyebabkan tingkat kunjungan wisatawan, tapi sumber pendapatan sebagai PAD juga dikhawatirkan merosot.

Taufan memaparkan, data Disparekrafbud Kabupaten Manggarai Barat bahwa Realisasi PAD Manggarai Barat tahun 2022 dari sektor pariwisata masih jauh dari target yang ditetapkan Rp28 miliar.

Hingga akhir Juni 2022, PAD yang terkumpul baru Rp3,2 miliar.

Seekor rusa berada di pantai Pulau Padar, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Minggu (28/3/2021). Pulau Padar merupakan pulau yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo dan menjadi objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan di Labuan Bajo. Tribunnews/Irwan Rismawan (Tribunnews/Irwan Rismawan)

Sumber itu sebanyak 90 persen pendapatan per Juni 2022, berasal dari kunjungan ke dalam wilayah Taman Nasional Komodo (TNK), termasuk aktivitas diving dan snorkeling, wisatawan nusantara atau turis domestik mendominasi kunjungan ke Labuan Bajo.

Dari 65.362 wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo selama setahun terakhir, sebanyak 53.824 merupakan turis domestic sebanyak 82 persen, sisanya 18 persen wisatawan mancanegara dengan jumlah 11.538 kunjungan.

"Tentunya kondisi Labuan Bajo yang tidak kondusif pasca aksi demo yang berlanjut pada aksi mogok kerja para pelaku pariwisata," ungkapnya.

"Hal itukan memicu para wisatawan mengurungkan niatnya berkunjung ke Labuhan Bajo sehingga target PAD pun berpotensi tidak tercapai," jelas dia.

Taufan menawarkan solusi dengan konsep PDKT untuk membendung agar dampak ikutan tidak terasa lebih besar.

Skema yang ia maksud yakni, pertama Policy. Dia menerangkan agar menunda dan mengkaji ulang kebijakan terkait kenaikan tiket.

Dengan kondisi itu, untuk sementara waktu diberlakukan masa transisi guna memperkuat sosialisasi dan penguatan edukasi melalui program–program Community Based Tourism di setiap lapisan masyarakat di Labuhan Bajo.

Poin berikutnya yakni Destinasi. Taufan berpandangan, agar dilakukan pembenahan fasilitas di destinasi mulai dari atraksi, akses, amenitas, activity, ambience, attitude dan akselerasi.

Tujuannya untuk memberikan aturan dan SOP yang jelas dan menjadi win – win solution bagi semua pihak

"Contohnya, berwisata di Labuan Bajo destinasinya tidak hanya terbatas pada area TN Komodo saja. Tapi banyak atraksi lain yang tidak kalah menariknya dengan harga yang terjangkau sesuai pilihan kantong wisatawan," tambahnya.

Selanjutnya Taufan menjelaskan, mengenai Komunikasi Kolaborasi. Artinya, stakeholder pariwisata seluruhnya diikutsertakan di dalam proses penyusunan kebijakan terkait pariwisata di Labuan Bajo.

Ia menyarankan untuk maksimalkan peran DMO setempat, sehingga mengurangi potensi polemik yang terjadi dilapangan.

Sementara pada paparan berikutnya yakni Target. Menurut Taufan, pariwisata dalam pengembangannya harus mampu menjaga kelestarian, keberlanjutan dan kesejahteraan bagi ekosistemnya bukan hanya satu pihak saja.

"Hal ini penting untuk dirumuskan bersama agar setiap stakeholder sama – sama mengerti apa yang menjadi hak dan tanggung jawabnya secara berimbang," ujarnya.

"Tidak hanya beban itu ditumpukan kepada wisatawan saja. Sehingga akan muncul aktifitas berwisata yang bertanggung jawab," kata Taufan menjelaskan.

Laporan Reporter Pos Kupang Irfan Ndoi | Sumber: Pos Kupang

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini