Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BETHLEHEM - Puluhan ribu pengunjung diharapkan memadati Bethlehem untuk melaksanakan prosesi Natal setelah ekonomi kota tersebut melemah pasca penguncian (lockdown) untuk meredam penularan Covid-19.
Dikutip dari BBC, Minggu (25/12/2022), masyarakat Kristen dan peziarah Palestina nantinya akan menghadiri Misa tengah malam di Gereja Kelahiran Abad ke-4.
Perayaan ini berlangsung saat terjadi eskalasi kekerasan yang mematikan di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Iringan band memainkan bagpipe dan menabuh genderang yang mengawal para pemimpin gereja memasuki Manger Square setelah melakukan perjalanan dari Yerusalem.
Ini dilakukan menjelang Misa tengah malam di Gereja Kelahiran di dekatnya, yang dibangun di lokasi yang diyakini sebagai tempat Yesus Kristus dilahirkan.
Gua di dalam gereja adalah situs tertua yang terus digunakan sebagai tempat ibadah dalam agama Kristen.
Para pengunjung dari seluruh dunia pun turut menemani umat Kristen Palestina dari lokasi yang jauh seperti Galilea dan Jalur Gaza.
Meskipun jumlahnya masih lebih rendah dari tingkat rekor yang terlihat pada 2019, jalanan Bethlehem tampak ramai dan seperti dalam kisah Kelahiran Yesus.
Selain itu, tidak ada kamar yang masih tersedia, karena hotel-hotel lokal sudah penuh.
Saat pebisnis di kota itu optimis terhadap pemulihan ekonomi, ada kekhawatiran yang muncul tentang dampak peningkatan kekerasan yang terjadi baru-baru ini antara Israel dan Palestina.
Baca juga: Begini Cara Pengungsi Ukraina Habiskan Perayaan Natal di Inggris
Kebijakan pemerintah sayap kanan Israel dinilai dapat meningkatkan ketegangan. Pemerintah baru yang dianggap sebagai sayap paling kanan dalam sejarah Israel, menyaksikan kembalinya Benjamin Netanyahu ke masa jabatan ke-6 yang bersejarah.
Awal bulan ini, Israel mengatakan pasukannya secara tidak sengaja membunuh seorang gadis Palestina berusia 16 tahun dalam baku tembak dengan militan di Tepi Barat yang diduduki.
"Sedangkan pada November lalu, 5 pria Palestina dibunuh oleh pasukan Israel dalam empat insiden terpisah di Tepi Barat yang diduduki," kata pejabat Palestina dan Israel.
Baca juga: 10 Tradisi Unik Perayaan Natal di Berbagai Negara di Dunia: Jepang hingga Afrika Selatan
Bagi Rayson Kamalayos yang berkunjung dari India, ini merupakan 'impiannya' berada di Bethlehem. "Kami sebagai orang Kristen diberkati untuk datang ke sini, saya senang berada di sini," kata Kamalayos.
Setelah mencapai rekor angka pariwisata pada 2019, harapan tinggi pemerintah kota itu bahwa 2020 akan menjadi tahun yang lebih baik pun pupus saat virus corona (Covid-19) mendorong Bethlehem menerapkan lockdown ketat di Tepi Barat yang diduduki.
Selama waktu itu, orang harus tinggal di dalam rumah mulai pukul 19.00 hingga 06.00 pagi waktu setempat pada setiap malam dan sepanjang hari pada Jumat dan Sabtu serta akhir pekan Palestina.
Aturan inilah yang akhirnya membatasi pertemuan keluarga yang meriah. Menonton pawai dari balkon yang penuh sesak bersama teman dan kerabat pun tidak diperbolehkan.
"Tingkat hunian lebih dari 90 persen, semua orang berinvestasi di sektor ini, sekarang (bisnis ini) sudah mati. Sangat menyedihkan melihatnya," kata seorang Manajer hotel, Mariana al-Arja pada 2 tahun lalu.
Baca juga: Zelenskyy Sampaikan Pesan Natal yang Menantang, Setelah Serangan Rusia
"Namun kini Bethlehem, di mana ekonomi bergantung pada sektor pariwisata, melihat 'semakin banyak turis'. Tahun lalu kami merayakan Natal selama pandemi dan tanpa turis. Tahun ini, kami merayakan Natal dengan turis yang datang ke Palestina, ke Bethlehem dari seluruh dunia," kata Menteri Pariwisata Palestina Rola Maayah.