News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Singapura Punya Cita Rasa Kuliner Peranakan China, Melayu dan Indonesa, Ini Kata Chef Malcolm Lee

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Chef Malcolm Lee, pemilik Candlenut restoran peranakan di Singapura. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Singapura dikenal memiliki kekayaan kuliner unik yang memadukan akar budaya peranakan China, Melayu dan Indonesia. Perpaduan ini menghasilkan cita rasa unik kuliner Asia yang khas.

Dikutip dari laman comodempsey.sg, Selasa (11/7/2023), restoran peranakan di Dempsey Singapura yang mendapatkan penghargaan Michelin Star pertama di dunia, Candlenut, mengambil pendekatan kontemporer dan otentik untuk masakan tradisional Selat China.

Restoran ini menyajikan masakan peranakan yang mempertahankan esensi serta kompleksitas hidangan tradisional dengan sentuhan yang mendorongnya ke level yang berbeda.

Chef sekaligus pemiliki Candlenut, Chef Malcolm Lee berkomitmen terus menciptakan hidangan peranakan yang menginspirasi dan bercita rasa otentik yang khas.

Sebagai orang Singapura pertama yang menerima beasiswa Miele Guide, ia mendapatkan tempat di At-Sunrice Globalchef Academy, di mana dirinya dapat menjelajahi akar kuliner Asianya.

Terlahir sebagai seorang peranakan, Chef Lee berusaha untuk menyajikan warisan budaya keluarganya melalui menu dengan rasa dan teknik yang halus, sehingga menciptakan cita rasa peranakan yang otentik namun inovatif.

Di Singapura, desain restorannya memiliki langit-langit yang tinggi, membuat ruang makan terasa terbuka dan luas, sedangkan penutup lampu yang terbuat dari bambu dan kursi rotan yang digunakan dalam interiornya, menambah kesan tenang dan nyaman.

Dipengaruhi oleh akar budaya ibu dan neneknya, chef muda ini memasak hidangan peranakan tradisional dengan sentuhan kreatif dan tradisional Indonesia.

Dikutip dari guide.michelin.com, rendang daging sapi adalah hidangan utama dalam repertoar masakan peranakan Chef Malcolm Lee dan kerap dihadirkan di meja makan keluarganya. Kebiasaan inilah yang dia terapkan di restoran Michelin Star miliknya di Singapura, Candlenut.

"Keluarga saya suka rendang daging sapi. Kami tidak hanya menyantapnya setiap kali makan, tetapi juga disajikan pada acara-acara khusus seperti ulang tahun dan Tahun Baru Imlek," kata Chef Lee.

Michelin Star adalah penghargaan tertinggi dalam dunia kuliner yang biasanya diberikan kepada sebuah restoran. Dia menceritakan bagaimana hidangan satu ini menjadi hidangan pertama yang ia pilih pada pesta panjang keluarganya yang meriah, di mana sederetan hidangan yang mempesona akan ditata di atas meja panjang dengan gaya khas peranakan.

Perlu diketahui, rendang adalah hidangan dengan sejarah panjang di Indonesia, Malaysia dan Singapura, dengan variasi yang berbeda untuk setiap daerah dan komunitas.

Harmonisasi rasa dan konsistensi rebusan kelapa berbumbu, seringkali terasa berbeda dari satu keluarga ke keluarga lainnya, tergantung campuran bumbu yang digunakan dalam rempah tersebut.

Rendang daging sapi yang dibawakan oleh Chef Lee menampilkan iga pendek lembut yang direbus secara perlahan dalam kari kelapa karamel yang harum dan dibumbui campuran rempah lengkuas, kemiri, serai dan rempah-rempah hangat seperti kayu manis dan adas bintang.

Lalu bagaimana cara favorit untuk menyantap rendang ini? Untuk menyantapnya, rendang biasanya disiramkan atau disajikan di atas nasi putih kukus atau nasi kuning yang dimasak dengan santan dan kunyit.

Meskipun daftar bumbu dan rempah-rempahnya tampak panjang dan mengintimidasi, upaya memasak rendang sangat sepadan jika anda bisa membuatnya dalam jumlah besar.

Seperti semua saus daging Bolognese dan bakso yang terbalut dalam saus tomat, kari dan rendang dapat dibekukan selama berbulan-bulan, rasa hangatnya bertahan dengan baik selama proses pembekuan.

Rendang daging sapi yang baru dimasak juga bisa dimakan selama beberapa hari, bahkan Chef Lee merekomendasikan agar rendang didiamkan semalaman untuk rasa yang lebih dalam.

"Ini benar-benar memungkinkan rasa untuk berkembang dan matang. Sangat berbeda jika memakannya langsung setelah dimasak dan memakannya satu atau dua hari kemudian, cobalah," jelas Chef Lee.

Kehandalan Chef lee dalam mengolah hidangan peranakan ini akan ditampilkan pula melalui event Gastronome Fest di The Westin Surabaya pada 21 Juli mendatang, yang melanjutkan rangkaian takeover Magnolia Restaurant oleh Candlenut.

Chef Lee akan membawa akar kuliner Selat-China yang selama ini menjadi signaturenya ke level baru dengan sentuhan inventif.

"Saya berharap bisa melangkah lebih jauh dari sekadar menjadi lokal. Jika anda mempelajari lebih dalam, ada begitu banyak pengetahuan kuliner yang tersebar lintas generasi dan melampaui batas negara Singapura," tegas Chef Lee.

Takeover ini dinilai sebagai momentum tepat, karena Surabaya dikenal sebagai kota terbesar kedua di Indonesia yang memiliki koleksi kuliner campuran yang menggugah selera, termasuk masakan China, mulai dari restoran kaki lima hingga restoran kelas atas, sebagian besar didominasi cita rasa oriental.

Alamsyah Jo, Complex General Manager The Westin Surabaya mengatakan bahwa Surabaya memiliki banyak kemiripan dengan Singapura.

"Kami menyukai kekayaan masakan peranakan, tidak hanya bersejarah dan beraroma, beberapa menu membutuhkan kesabaran dan persiapan tingkat tinggi terlebih dahulu supaya dapat menyerap rempah-rempah penting dan menjadi tekstur yang sempurna. Siklus pengalaman kuliner yang lengkap," kata Alamsyah, Jumat (7/7/2023).

Nantinya tim Candlenut dan Magnolia akan memadukan keahlian mereka dalam mengolah menu santapan 5 course peranakan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini