TRIBUNNEWS.COM, PEKALONGAN - Meski menawarkan penginapan dengan konsep syariah GM Hotel Aston Pekalongan Syariah and Conference, Nadia Idris mengaku tidak ada kendala dari sisi okupansi tamu. Sebab tidak hanya dari kalangan muslim saja yang diperbolehkan menginap di hotel yang lokasinya berada di tengah kota Pekalongan tersebut. Tamu-tamu non muslim juga diperkenankan menginap.
"Tidak ada kendala okupansi. Tamu non muslim juga ada dari Korea Selatan ada dari Jepang juga ada," kata Nadia saat Media Briefing di Hotel Aston Pekalongan Syariah and Conference, Jawa Tengah, Sabtu(29/7/2024).
Baca juga: Pasangan Bukan Suami Istri Staycation di Hotel Aston Syariah Pekalongan Wajib Check Out!
Menurut Nadia okupansi rate di Hotel Aston Syariah Pekalongan masih berada di kisaran 60 persen ke atas. Dengan tren kedatangan tamu dimulai hari Jumat sampai Minggu khusus mereka yang sedang berlibur di kota Pekalongan ataupun ada event atau acara di kota Batik seperti pengajian, haul dll.
"Sementara Senin sampai dengan Jumat untuk korporasi dan instansi," kata Nadia.
Di Hotel Aston Pekalongan Syariah and Conference lanjut Nadia ada 104 kamar ditambah dengan satu penthouse.
Baca juga: Viral Warga di Pekalongan Patungan Cor Jalan, Habiskan Rp166 Juta, Pemdes: Tak Bisa Pakai Dana Desa
"Ada kamar superior deluxe, deluxe full access, junior suite, Aston suite dan president class," ujar Nadia.
Kendati konsepnya syariah lanjut Nadia di Hotel Aston Pekalongan tidak memberlakukan jam malam kepada para tamu. "Tapi kita menerapkan kunci akses ke lantai tempat dia menginap saja. Misalnya ada yang mau coba-coba dan dia mau masuk ke atas tinggal naik saja, itu enggak bisa dia karena enggak ada kuncinya, kan dia pasti minta kunci lalu si resepsionis pasti meminta KTP-nya apakah alamatnya sama dengan tamu yang sudah masuk," ujar Nadia.
Hotel Aston Pekalongan Syariah and Conference adalah hotel berkonsep syariah pertama di Indonesia di bawah manajemen Archipelago International. Nadia Idris menyebut operasional hotel yang lokasinya berada tak jauh dari stasiun kereta api Pekalongan ini sudah berlangsung selama 9 bulan.
"Kita sudah berjalan 9 bulan di dalam 9 bulan tamunya majemuk bervariasi. Kita punya tamu majemuk non muslim ada Korea Ada Jepang ada," ujar Nadia.
Baca juga: Mudahkan Pembiayaan Jasa Kesehatan, CIMB Niaga Syariah Jalin Kerja Sama dengan RS Premier Bintaro
Karena konsepnya syariah kata Nadia tamu-tamu yang datang ke hotel juga harus mengikuti aturan Islam. Salah satunya adalah ketika ada pasangan pria dan wanita hendak check-in atau menginap wajib memberikan KTP dengan alamat domisili yang sama atau bukti sudah menikah lainnya.
"Untuk check-in normal ketika ada pasangan laki dan perempuan pastilah kita minta KTP yang alamatnya sama. Karena pada umumnya suami istri kan alamatnya sama. Tapi jika tidak bs menunjukkan identity card bisa pakai bukti lain yang menunjukkan sudah menikah," kata Nadia.
"Setiap reservasi di web atau di travel e commerce juga dari kita ada term kalau anda pasangan laki-laki dan perempuan siapkan KTP berdomisili sama. Disitu kita sudah statement ketika dia booking yang kami minta adalah KTP, "tambah Nadia.
Baca juga: Pikap Pengangkut Melon Tabrak Pejalan Kaki di Semarang, Menewaskan 2 Mahasiswi asal Pekalongan
Apabila aturan tersebut dilanggar lanjut Nadia maka tamu yang bersangkutan akan diminta segera check out dari kamar hotel.
"Kalau ketahuan tapi sudah terlanjur check-in kita suruh check out dan full refund. Tapi tentu dengan cara yang beradab, persuasif," ujar Nadia.