News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

HUT Polri

Polri Harus Terus Diteriaki

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Oleh Neta S Pane, Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW)

TRIBUNNEWS.COM - 1 Juli 2011, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) merayakan hari jadinya ke-65. Bagaimana kinerja Polri selama setahun terakhir ini? Apa ukuran yang pas untuk mengatakan bahwa Polri sudah berhasil dalam melaksanakan tugasnya? Dan apa pula ukurannya, jika dikatakan Polri belum berhasil.

Ini suatu pertanyaan mendasar dalam HUT Polri 2011, di mana Kapolri, Jenderal Pol Timur Pradopo baru delapan bulan menjabat.

Memang tidak mudah membuat ukuran yang pas untuk mengukur keberhasil Polri dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan, pengayom, dan pelindung masyarakat.

Semaksimal apapun kerja yang dilakukan Polri, pasti selalu saja ada pihak-pihak yang merasa tidak puas. Tapi setidaknya, ukuran yang bisa dilakukan ada empat poin.

Pertama, sejauhmana fungsi pengawasan dari atas terhadap bawahan berjalan konsisten, sehingga kinerja bawahan tidak sewenang-wenang dan terkontrol.

Kedua, sejauhmana atasan tidak menjadikan bawahan sebagai objek untuk memenuhi kepentingan pribadi atasan. Ketiga, tidak ada lagi keluhan masyarakat bahwa mereka dipungli polisi, baik di jalanan, di kantor maupun di pusat-pusat pelayanan.

Keempat, komponen-komponen masyarakat menyatakan puas terhadap pelayanan yang dilakukan polisi.

Secara teori keempat poin ini mudah dikatakan, tapi praktiknya susah diterapkan. Sehingga tolok ukur yang paling realistis adalah, setidaknya masyarakat melihat ada kemauan yang kuat dari seluruh jajaran kepolisian bahwa mereka memang mau berubah dan masyarakat merasakan adanya proses yang signifikan menuju perubahan tersebut.

Diingatkan Terus

Dari berbagai analisa para pakar, pilihan menjadikan Polri semakin profesional tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sebab, memiliki polisi sipil yang dicintai rakyat dengan segudang keahlian adalah sebuah harapan masyarakat madani. Walaupun, secara realistis dan faktual, tampaknya masih jauh dari harapan. Namun proses menuju kesana harus segera dilakukan Polri.

Dalam teori modern di mana demokratisasi menjadi pedoman masyarakat madani, alat utama kepolisian bukanlah senjata api atau water cannon melainkan adalah sikap simpati masyarakat. Polri yang profesional adalah sejauhmana Polri menjadi sahabat masyarakat dan selalu mendapat simpati masyarakat.

Jika masyarakat sudah bersimpati pada Polri maka masyarakat akan ringan tangan membantu polisi dalam menciptakan situasi yang kondusif. Untuk melahirkan polisi sipil yang profesional, Polri memang masih harus bekerja lebih keras lagi, tentunya dengan sikap yang konsisten dan satu kata dan perbuatan.

Meski klise dan sloganistis, jajaran kepolisian harus terus menerus diingatkan bahwa tugas utama Polisi adalah Melindungi, Mengayomi dan Melayani. Setidaknya, ini sesuai dengan semboyan Tribrata.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini