Laporan Tribunners Dini Kusmana Massabuau dari Perancis
TRIBUNNEWS.COM - Saat memasuki wisma Indonesia, tamu yang hadir terlihat lebih berwarna. Karena bukan hanya masyarakat Indonesia saja yang datang, namun tamu-tamu asing pun ikut bergabung dan mereka yang berkeyakinan di luar Islam pun dengan nyaman saling bersalaman, berpelukan mengucapkan selamat lebaran, menuturkan permohonan maaf.
Di sinilah toleransi tinggi sangat terlihat. Beberapa kenalan pemeluk Kristiani yang datang luar kota, rela menempuh hingga berjam-jam lamanya hanya untuk datang ke acara halal bihalal ini, guna menyatu, menggunakan kesempatan indah ini sebagai ajang saling menyampaikan kehilapan yang pernah terjadi secara sengaja maupun tidak, itulah keindahan sebuah perbauran.
Memang tak sia-sia bagi mereka yang telah menempuh jarak jauh, karena berbagai hidangan nikmat telah tersaji untuk para tamu. Hidangan khas lebaran tentu saja ada, opor, ketupat, gulai dan sayur labu. Namun tahun ini yang menjadi incaran para tamu adalah jajanan tradisional. Di tata begitu apik, layaknya acara pesta di indonesia, dipayungi oleh payung khas Bali, semakin membuat air liur tak sabar ingin segera mencicipinya.
Siapa yang sangka, para bule yang datang untuk turut merayakan halal bihalal, malah berebut dua hidangan yang menurut kami tadinya hanya cocok di lidah indonesia. Yaitu siomay dengan saus kacang pedasnya dan sop buntut. Yang terakhir ini, justru yang membuat heran, maklum orang Perancis, biasanya paling emoh, makan yang di luar bagian utama daging. Dan buntut salah satu yang biasanya tak mereka sukai, karena dianggap satu jenis dengan jeroan.
Tapi kali ini, malah mereka yang sibuk bolak balik sampai minimal dua-tiga piring meminta hidangan yang sama. Malah banyak warga indonesia, yang lebih memilih tetap bertahan dengan masakan khas lebaran ketupat!
Minggu itu, suhu udara sangat panas membakar boleh dibilang. Memang saat itu, di berbagai media diberikan peringatan akan gelombang panas. Penduduk asli, terlihat wajahnya menjadi merah dan berkeringat, baju saja sampai basah. Tapi hati memang terasa begitu sejuk. Adem istilahnya karena melihat cantiknya jalinan keakraban antar sesama manusia. Tak peduli asal bangsa dan agama. Hal yang saya lihat hanya selama berada di perantauan.
TRIBUNNERS TERBARU