TRIBUNNEWS.COM - Yahya C Staquf, salah satu juru bicara Presiden KH Abudurrahman Wahid, memilih tinggal di Rembang bersama pamannya, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) mengasuh Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin peninggalan ayahnya, KH Cholil Bisri.
Secara struktural, KH Yahya C Staquf naik pangkat. Dari jubir presiden menjadi juru bicara Rasulullah SAW. Hampir semua pojok di Jawa Tengah pernah didatanginya, untuk menyampaikan pesan-pesan Rasul SAW kepada umatnya, yang ia petik dari sumber-sumber paling akurat: Al Qur”an, hadis, dan kitab kuning.
Dalam bulan Sya'ban seperti sekarang, malam-malam Yahya Staquf adalah malam-malam bersama orang-orang desa, dari kampung-kampung. Menembus gelap, menerabas hutan, melewati kawasan-kawasan tanpa signal. Sehingga berkomunikasi dengan dia via HP sering “on” dan “off”.
Tadi malam (25/6/2013) saya bertanya kepadanya: Bagaimana kehidupan nyata rakyat di desa? Apakah mereka, seperti diungkapkan para mahasiswa, betul-betul menderita, terutama setelah SBY menaikkan harga BBM?
“Tidak!” jawab sang kiai NU muda dan cerdas ini. “Rakyat di desa-desa sudah tidak merasakan lagi penderitaannya. Mereka menerima dengan pasrah setiap pukulan kebijakan dari penguasa. Karena mereka juga sudah tidak punya tempat lagi untuk untuk mengadu. Coba Mas Adhie sebut,
tokoh NU mana yang bisa diharapkan? Siapa sih sekarang ini yang mau perduli nasib mereka?”
“Saya sendiri belakangan sudah kehilangan tema. Sekarang saya sedang menuju desa Grobogan. Tidak tahu mau ngomong apalagi. Padahal selain penderitaan lahir (ekonomi), mereka (kaum Nahdliyin) itu juga terus diserang lewat radio-radio yang dibangun kelompok Majelis Tafsir Alqur”an (MTA) yang dibiayai Sudi Silalahi.”
Konunikasi terputus. Pasti karena KH Yahya Staquf sedang melintas kawasan bebas signal.
Saya termenung. Teringat Gus Dur yang nyaris seluruh hayatnya dipersembahkan untuk memperjuangkan kaum Nahdliyin, bangsa Indonesia, dan umat Islam. Siapa yang bisa menolong (masa depan) kaum Nahdliyin kalau bukan dari mereka sendiri?
Salam!
Adhie M Massardi
NU dan Hilangnya Tempat Mengadu
Editor: Widiyabuana Slay
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger