Oleh Dr M Ihsan Dacholfany, Dosen STAIN Jurai Siwo
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Pondok pesantren, selama berabad-abad telah menjadi sebuah institusi pendidikan yang memiliki peran cukup signifikan di Indonesia. Sebagai wadah penggemblengen generasi Muslim, pondok pesantren tanpa henti menanamkan karakter, akhlak, adab, dan menjadi media transformasi ilmu pengetahuan.
Salah satunya Pondok Modern Gontor. Dalam pendidikannya membentuk pribadi beriman, bertakwa dan berakhlak karimah yang dapat mengabdi pada umat dengan penuh keikhlasan dan berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat. Sejak awal berdiri, PM Gontor telah mencanangkan “pendidikan lebih penting daripada pengajaran.”
Secara garis besar, arah dan tujuan pendidikan dan pengajaran di PM Gontor adalah pendidikan kemasyarakatan, kesederhanaan, tidak berpartai, menuntut ilmu karena Allah.
Mulai dari pemilihan calon legislatif, DPR, DPRD atau DPD sampai pemilihan presiden sekalipun, PMG tetap sebagai lembaga pendidikan murni, tidak berpihak dan berafiliasi kepada partai politik ataupun organisasi kemasyarakatan apapun. Sehingga santri atau santriwati dari latar belakang organisasi apapun dapat menjadi santri PM Gontor.
Sebagaimana Wasiat KH Imam Zarkasyi (salah satu pendiri PM Gontor) jika seluruh santri, ustaz dan bahkan kiai Gontor adalah NU atau Muhammadiyah atau Persis, atau organisasi kemasyarakatan atau organisasi partai politik, yang secara individu mendukung PKS, Golkar PAN atau PPP dan lain sebagiannya, PM Gontor tidak boleh jadi PKS, Golkar PAN atau PPP dan lainnya.
Begitu juga jika ada alumni Gontor terlibat aktif di organisasi kemasyarakatan seperti Din Syamsudin, Habib Hirzin, Amin Abdullah di Muhammadiyah, Idham Kholid, Hasyim Muzadi di NU, di KPK ada Adnan Pandu Praja, di PKS ada Hidayat Nur Wahid, di PPP ada Lukman Hakim Syaifudin, Husnan Bey Fanani, di PAN ada Marbawi Katon dan di Demokrat ada Maftuh Basyuni.
Serta alumni lainnya, tidak menunjukkan jati dirinya sebagai alumni Gontor, dan tidak mengatasnamakan atau mewakili PM Gontor untuk mendukung pencalegannya atau mendukung salah satu calon presiden baik Prabowo Subianto maupun Joko Widodo atau Jokowi. Sampai saat ini PM Gontor bersikap netral.
Dan para alumni ini tergabung dalam satu ikatan kuat yaitu IKPM (Ikatan Keluarga Pondok Modern) yang sekarang dipimpin Drs KH Akrim Mariyat, Dipl. Ad. Ed, bertujuan untuk mempererat kekeluargaan dan membina persatuan ummat Islam; mempertinggi budi pekerti dan kecerdasan.
Karena itu, para alumni dan eks-santri PM Gontor tidak terikat secara eksklusif dengan organisasi ini, tetapi mereka tetap bebas menjadi anggota organisasi lain. Hal ini mengingat PM Gontor tidak berafiliasi kepada golongan manapun dan tetap berprinsip 'Berdiri di atas dan untuk semua golongan.' Para alumninya diamanati untuk menjadi perekat umat di tengah-tengah masyarakat.
Para alumni tetap dituntut secara moral mempertahankan ukhuwah islamiyah di tengah masyarakat dalam golongan mana pun berada. Dengan terbebasnya Pondok Modern Darussalam Gontor dari muatan politis dan kepentingan golongan, jiwa keikhlasan dalam belajar dan mengajar dapat mengakar di jiwa para santri dan guru.
Dengan jalan demikian, sekeluar anak dari didikan PM Darussalam Gontor, mereka bebas memilih paham, aliran, golongan, partai, tanpa mengurangi prinsipnya sebagai seorang mukmin. Semoga PM Gontor tetap komitmen dan tetap berpegang teguh dengan falsafah, tujuan dan misinya sampai akhir zaman.