Oleh: Dody Susanto
Direktur Klinik Pancasila
Kehilangan terbesar dalam sejarah peradaban sebuah bangsa adalah kosongnya penjiwaan atas pola dasar, materi dasar dan tujuan dasar sebuah negara bangsa mewujudkan cita cita kemerdekaannya.
Ko-eksistensi negara bangsa yang sungguh-sungguh memahamkan pentingnya kesatupaduan nilai penghormatan jati diri bangsa, cahaya konstitusi dan gerak aksi bersama warga negara dalam satu tarikan napas , merupakan benih-benih negara digdaya.
Bagi bangsa Indonesia, tidak boleh ada satu detik pun napas citizennya yang berpaling dari cita-cita luhur pendirian negara bangsa. Kemerdekaan adalah kereta peradaban yang dirancang untuk berlipat lipat generasi penerus.
Kemerdekaan adalah tabung oksigen terbaik di planet bumi yang berfungsi sebagai saluran produktivitas menggerakkan mesin peradaban.
Karenanya ide mulia revolusi mental dalam penghujung kemerdekaan ke-70 RI tahun 2015 yang bertepatan dengan pemberlakuan masyarakat tunggal ASEAN 15 Desember 2015 harus dijadikan modal memperkuat kesamaan tujuan dengan semangat GONG SI PAKAS atau Gotong Royong Sila Padi Kapas.
Secara ilustrasi bangsa Indonesia juga tengah mengalami sederetan perbuatan nasional yang mengosongkan :
1. Amanah dalam mengelola amanat Tuhan dan Kepentingan Orang Banyak. Indeks Kolusi Kuperasi Korupsi yang tinggi adalah cermin yang tampak ke permukaan.
2.Keadilan sebagai harga yang pantas disandang oleh semua warga bangsa sering tersingkir oleh ketidakadilan akibat mental kekurangpekaan atas norma dasar berbangsa dan bernegara yang harus dijunjung tinggi oleh siapapun.
3. Kebahagiaan sebagai tujuan akhir hidup di dunia akhirat.
Pemenuhan Kesejahteraan telah dijadikan rapal mantra yang menguburkan kalkulus kebahagiaan, sehingga sangat menekankan asupan material fisik belaka, kebugaran mental dan asupan moril emosional menepi sehingga terjadi defisit kebahagiaan.
Sehingga 3 pola dasar bernegara yang cenderung merosot aktualisasinya ikut menyumbang pelemahan 7 materi dasar bernegara yaitu :
1. Negara Ketuhanan : meski surplus kebijakan perlindungan , kita harus jujur kehilangan cara yang tulus tentang Toleransi.
Ditengah pergulatan dan penguatan nilai nilai Profetik (Ketuhanan) kita disuguhi perilaku memperbesar musuh Tuhan , seperti spanduk nasi rawon setan , nasi goreng gila , nasi goreng iblis pada anjungan kudapan di sentra kuliner kota dan pelosok. Revolusi Mental dapat menganjungkan Gerakan Langsung Aksi Doa Iman dan Taqwa atau GLADI Taqwa untuk menaikkan indeks Takut Tuhan .
2.Negara Republik: Mengalami pelemahanan sistim Presidensial
3.Negara Hukum: Meski telah diperjuangkan oleh aktor state dan kontrol publik, fungsi hukum kurang menggigit karena multifaktor, hegemonitas dan superioritas atas nama power dan kekuasaan seringkali berkibar ketimbang kabar baik tentang penegakkan aturan hukum.
4.Negara Musyawarah Mufakat mengalami deligitimasi, musyarawah berkadar minimalis sedang voting dominan dan dikedepankan.
5.Negara Kesatuan terus diuji oleh pertingkahan globalisasi , kekerasan akibat budaya ekstrim luar atau KABEL termasuk seringnya kehilangan momentum membangun persatuan perbedaan, perbedaan persatuan akibat tergerusnya kesamaan melihat visi bersama bernegara.
6.Negara Konstitusi : Masih mengalami defisit pada Gerakan Aksi Langsung Amalkan Konstitusi Sejak Diniatau GALAKSI akibat minim pencerahan pembiasaan dan pembelajaran di masyarakat .
7.Negara Gotong Royong : Kehilangan makna karena minim inspirasi ,dan tergerus pola individualistik sehingga menurunkan indeks GONG SI PAKAS atau Gotong Royong Sila Padi Kapas.
Dengan membaca 3 Pola Dasar, 7 Materi Dasar yang perlahan menghilang maka wajar terjadi result sistemik yang memberi kekosongan 0 visi negara Pancasila dalam satu tarikan napas rakyat bangsa negara atau RABANA.
Jika tidak berbasis atau mulai dengan revolusi mental angka tadi bisa dirumuskan menjadi MH 370 atau misteri hilangnya 3 pola dasar bernegara, 7 materi dasar bernegara dan 0 visi negara Pancasila dan nilai kehilangan ini lebih dahsyat pengaruhnya daripada peristiwa hilangnya MH 370 milik Malaysian Airlines 8 bulan yang lalu.
Untuk pencegahan Revolusi Mental dapat membangun Refleksi yang diikuti Titik Infleksi yang jernih dengan memulai revolusi mental sekarang juga melalui Gerakan TAUHID atau Tanah Air Udara Harmoni Indonesia Digdaya. Selamat Datang Revolusi Mental !