Oleh: Bahri
Dosen Sejarah FIS UNM/Mahasiswa Program Doktoral UNJ
TRIBUNNEWS.COM - Mohon maaf sebelumnya kepada Beliau (Daeng Uchu / Puang Uchu) karena yang dikenal oleh khalayak inisial JK itu adalah Jusuf Kalla. Namun dalam tulisan ini saya ‘plesetkan’ menjadi ‘Juru Kompromi’. Selain mendedikasikan tulisan ini kepada beliau sebagai ‘Juru Kompromi’, anggap saja tulisan ini sebagai kado ‘yang telat’ dalam ulang tahunnya yang ke-73 pada 15 Mei lalu.
Inisial JK cukup popular di negeri ini. Bahkan mungkin semua orang mengetahuinya bahwa JK itu adalah singkatan dari Jusuf Kalla. Inisial tersebut begitu membumi bukan hanya karna yang punya nama pernah menjadi Wapres RI ke-10 periode 2004-2009 dan sekarang Wapres ke-12 periode 2014-2019.
Namun berbagai prestasi pernah ditorehkannya untuk kemajuan bangsa, misalnya menjadi ‘juru komporomi’ antara GAM dan Pemerintah RI dan konflik SARA di Ambon dan Poso beberapa tahun silam.
Sekarang JK kembali menjadi ‘Juru Kompromi’ pada dua konflik yang berbeda yang akhir-akhir meramaikan pemberitaan media tanah air yakni konflik antara PSSI vs Kemenpora (pemerintah) dan konflik internal Golkar antara kubu ARB dan AL.
Namaku Yusuf
Nama ‘Jusuf’ dalam masyarakat Sulawesi Selatan memang sudah sangat popular dan sangat melekat. Bahkan mungkin salah satu nama yang banyak diberikan orangtua kepada anaknya laki-lakinya karena mitos Yusuf adalah orang-orang yang sukses. Sebelum nama Jusuf Kalla yang sepopuler sekarang, berbagai nama Jusuf yang berasal dari Sulawesi Selatan telah melegenda.
Sebut misalnya pada masa kerajaan, nama Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani atau Tuanta Salamaka ri Gowa lahir di Gowa 3 Juli 1626, adalah salah satu tokoh yang memiliki peranan yang sangat penting pada masanya, khususnya dalam syiar agama Islam. Bahkan Syekh Yusuf tidak hanya memiliki peranan di Kerajaan Gowa tapi beliaupun pernah mengabdikan diri di Kerajaan Banten sebagai mufti. Bahkan beliau memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan Kerajaan Banten khususnya dalam bidang pendidikan. Beliau pernah diasingkan di Sri Langka yang kemudian akhirnya meninggal dunia di Captown Afrika Selatan.
Dibidang Meliter, nama Yusuf juga dianggap sangat fonomenal. Beliau adalah Jenderal Andi M.Yusuf yang merupakan tokoh yang memiliki peranan yang sangat sentral dalam dunia meliter. Lahir di Kajuara, Bone tanggal 23 Juni 1928, beliau panglima yang paling dekat dan dicintai oleh prajurit. Semasa menjabat Menhankam/Pangab tanpa sungkan mengunjungi asrama prajurit. Dia seorang pejuang yang tegas, jujur, besih dan berani. Selain kegemilangannya saat menjabat Menhankam Pangab, beliau pula yang memimpin penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan. Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Preindustrian dalam enam periode kabinet (1964-1978), Beliau pernah menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Beliau pula salah satu kunci rahasia Surat Perintah 11 Maret 1966 yang masih kontroversial hingga sekarang ini.
Tokoh Sulawesi Selatan lainnya yang memiliki nama Yusuf adalah Bacharuddin Jusuf Habibie, beliau lahir di Pare-Pare pada tanggal 25 Juni 1936. Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Beliau kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat sebagai Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998-21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto. Beliau adalah Ilmuwan terkemuka Dunia pemegang hampir 50 Hak Paten dibidang ilmu aeronautika.
JK Komplit
Jusuf Kalla lahir di Watampone, 15 Mei 1942, beliau lahir dilingkungan keluarga sebagai pedagang. Sebelum berkarir di dunia politik, beliaupun juga mengawali kiprahnya di dunia bisnis. JK bila dikomparasikan dengan tokoh-tokoh Sulawesi Selatan yang memiliki nama Yusuf, beliau adalah “jelmaan atau titisan” dari ketiga tokoh tersebut di atas. Misalnya dengan Syekh Yusuf, JK juga memiliki perhatian yang cukup besar terhadap kehidupan sosial, khususnya dalam bidang pendidikan dan keagamaan. Dalam bidang sosial misalnya, beliau adalah Ketua Umum Palang Merah Indonesi sejak 2009-sekarang. Dalam bidang agama beliau pernah menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (2010-2014). Sedangkan dalam bidang pendidikan sebagai bentuk dedikasinya kepada Atirah ibunya beliaupun mendirikan lembaga pendidikan Atirah.
Jika disandingkan dengan Jenderal Andi.M.Yusuf, meskipun beliau berlatar belakang sipil, namun kecintaannya terhadap bangsa dan Negara diwujudkan pula dengan peranannya menjadi juru damai yang mengancam disintegrasi bangsa. Misalnya, Pada kasus GAM Aceh, tanpa menafikkan peran-peran dari tokoh lainnya, JK memiliki peran yang sangat besar, bahkan salah satu butir kesepakatan dalam perundingan Helsinki yang ditandatangani pada tanggal 15 Agustus 2005 adalah pengakuan RI terhadap pendirian partai lokal Aceh merupakan pertaruhan penuh resiko yang harus ditanggung oleh JK sebagai Wapres pada saat itu karena presiden SBY tidak mau menandatangani poin tersebut. Tokoh JK dan Andi M.Yusuf juga dalam karir politiknya seakan “sejodoh” karena masing-masing pernah menjadi menjadi menteri perindustrian. Di Perjanjian Malino I dan II, JK kembali memiliki peranan sebagai inisiator dalam mendamaikan konflik SARA di Ambon dan Poso.
Sedangkan dengan Baharuddin Jusuf Habibie, JK pun memiliki kesamaan dengan tokoh ini karena masing-masing pernah bernaung dalam partai yang sama, yaitu Golkar dan keduanya pernah pula menjadi menteri, meskipun dalam periode pemerintahan yang berbeda. Keduanya pun pernah menjadi Wapres, bahkan JK kembali menjadi orang nomor 2 di negeri ini setelah sebelumnya di tahun 2004-2009 menduduki posisi yang sama.
Sepakbola-Politik
Persoalan sepak Bola dan Politik di negeri kembali “memaksa” JK untuk membuktikan jargon atau mottonya “lebih cepat, labi baik” untuk menyelesaikan konflik yang tidak berujung tersebut. Konflik politik adalah dualisme kepengurusan partai politik yang melanda Golkar dan PPP, namun yang paling meruncing adalah perpecahan di internal Partai Golkar, partai dimana JK mengawali karir politiknya. JK sebagai tokoh senior di partai tersebut menjadi mediasi untuk penandatanganan kesepatan bersama islah terbatas yang dilangsungkan di kediaman JK di Jalan Diponegoro Jakarta pada hari senin tanggal 25 Mei 2015, dan hasilnya adalah kedua kubu sepaham dengan persiapan Golkar dalam mengikuti Pilkada serentak pada tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Sementara kasus PSSI yang begitu pelik yang berakibat pada penghentian liga, juga sepertinya membutuhkan pula kepiawaian Juru Kompromi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam pertemuan Menpora Imam Nahrawi dengan JK di Istana Wapres pada tanggal 25 Mei kemarin, JK meminta Menpora untuk merevisi Surat Keputusan Nomor 01307 Tahun 2015 tentang sanksi pembekuan PSSI. PSSI diujung tanduk, nasib keanggotaan PSSI akan ditentukan pada tanggal 29 Mei di Kongres FIFA. (*)