Oleh: Pangi Syarwi Chaniago, pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Akhir-akhir ini sering kali kita menyaksikan di televisi, di setiap kali kunjungan dan blusukan, Presiden Jokowi seringkali membagi-bagikan sembako ke warga kampung.
Apa yang dilakukan Presiden perlu kita kritisi. Tradisi ini tak elok diteruskan dan dipertontonkan ke publik, sangat berbahaya kalau Presiden yang langsung bagi-bagi sembako ke warga. Kalau cuma bagi-bagi sembako, siapa pun pasti bisa, tidak harus menjadi presiden saya kira.
Presiden harus memikirkan dan berbuat yang jauh lebih luas dan lebih besar lagi manfaatnya bagi negara guna membahagiakan penduduknya.
Bagi-bagi sembako adalah tradisi yang tak baik diteruskan dan dipertahankan, lama- lama masyarakat akan terbiasa dan berubah menjadi 'habbit' menjadi bangsa pengemis, bukankah tangan di atas jauh lebih baik dari tangan di bawah?
Aktivitas bagi-bagi sembako di setiap kali kunjungan bapak Presiden jelas merusak. Rakyat kita tidak boleh dibiasakan menjadi mental cengeng, pragmatis dan pengemis.
Presiden sebaiknya memberhentikan kebiasaan mempertontonkan warga berebut sembako. Ini bukan sebuah kegembiraan namun sebuah musibah yang bertentangan dengan Nawacita dan revolusi mental.