Oleh: Heru Pujihartono dari Mekah
Senin (28/9) dinihari waktu Saudi, kami sampai juga di Hotel Movenvick. Kamarnya sungguh nyaman, membuat kami seperti dimanjakan.
Hotel ini berada di sisi kiri Zamzam Tower, dalam lingkungan Masjidil Haram.
Kami tak ingin membandingkannya dengan kamar yang diisi delapan orang di apartemen di kawasan Ba'tha Quraisy yang kami tinggali selama empat hari.
Tak layak juga membandingkannya dengan tenda/kemah yang kami tempati selama dua malam di maktab 68 saat mabbit (bermalam) di Mina, menjelang wukuf di Arafah dan kemudian berhimpun di Mudzalifah.
Semua memiliki keberkahannya masing-masing. Kita sedang menjadi Tamu Allah.
Jarak dari apartemen di Batha Quraisy ke Movenvick di Masjidil Haram sebenarnya tak sampai 8 km. Akan tetapi, jarak seringkas itu harus ditempuh lebih dari satu jam.
Perjalanan dengan bus besar banyak tersendat karena kepadatan lalu lintas menuju Masjidil Haram.
Abdul Azis, pimpinan Hiratour yang langsung memandu dari dalam bus mengarahkan kami ke Haram. Jemaah yang mengambil Nafar Tsani harus sudah di Mekah hari ini, kalau tidak harus mengulang lagi besok.
Saya sudah berpikir untuk bisa naik haji lagi, karena itu harus secepatnya mendaftar.
Saya menjalani ibadah haji bersama salah seorang sahabat saya bernama, tubagus adhi.
Dalam kamar yang saya tempati terdapat connecting door, yang saya hubungi dengan dua jemaah senior yang sudah saya akrabi sejak tinggal di apartemen, yakni Nurkhan dan Ngasipin.
Keduanya pergi haji bersama istrinya masing-masing, namun di sini tinggal di kamar terpisah.
Nurkhan dan istrinya, Neneng, pedagang sayur di Pasar Margahayu.
"Kami juga buka warung kecil di rumah kami di Cileunyi," begitu Nurkhan (52) menimpali obrolan.
Menurut Nurkhan, kepergian mereka ke Tanah Suci amat mengagetkan para tetangga. Mungkin karena mereka hanya 'orang kecil', tetapi bisa menjadi Tamu Allah SWT dengan fasilitas haji khusus.
Anaknya yang kerja di BRI yang memberangkatkan. Alhamdulillah kata Nurkhan, ayah empat anak dengan lima cucu tersebut.
Teman sekamar Nurkhan, yakni Ngasipin (63), juga baru berangkat haji tahun ini. Ngasipin dan Supini tinggal di Mesuji, Palembang.
Ia mengaku berkebun kelapa sawit, dan dari hasil penjualan sedikit sawitnya itu Ngasipin dan 'bojo' bisa pergi haji.
Tahun 2013 Ngasipin, ayah lima anak dan kakek 10 cucu itu pergi Umroh dan Alhamdulillah kali ini dia naik haji.
* Heru Pujihartono, Pemilik Klub Sepakbola Jakarta Matador, anggota tim Indonesia Millenium Development Force (IMDF) PSSI 2015-2019, dan owner perusahaan katering Nendia Primarasa, Pancoran, Jakarta-Selatan.