News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pancasila Identitas Pikir Bangsa

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Klinik Pancasila memberi motivasi kepada 300 pelajar SMP., SMA se-Jakarta Barat dengan pemberian Buku Aku Cinta Dikau Cinta NKRI (ACDC NKRI) pada peluncuran Gerakan Estafet Nasional Cipta Amal Rutin Pancasila (GENCAR PANCASILA) di Hari Pahlawan 10 November 2015.

Jika diurai dari sisi filosofis, Pancasila akan menegaskan suatu makna nilia falsafah hidup ke-Timuran, yang berbasiskan pada tradisi luhur; tepatnya sikap dan mental saling menghormati satu sama lain, dan saling menghargai kedirian dan entitas kepribadian sesama. Ini bukanlah Individualisme atau pun bibit benih sikap menjadi Individual. Ini adalah cikal rasa kolektifitas yang menghargai perbedaan dan mengedepankan persamaan. Jika diurai dari sisi etis, Pancasila menjunjung dan berpihak pada pemuliaan harkat kemanusiaan dan nilai luhur kesadaran tinggi akan ketuhanan yang menjadi sumber ilmu dan kebenaran. Dari sini Pancasila memberi judgment atas segala anasir luar yang masuk dalam kesadaran dan identitas bangsa apakah itu benar, betul, atau salah, keliru jika itu menjadi tradisi dan budaya bangsa.

Maka dalam interval waktu yang telah tak terhitung dimana kesadaran terkadang mengalami pergeseran (shifting) dan perubahan zaman, semestinya kita melakukan inisiatif dan ikhtiar untuk mengawasi pergeseran itu khawatir keluar dari koridor dan identitas bangsa. Bisa dibayangkan dalam interval waktu dari sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan sampai era Reformasi ditingkahi perubahan milenium, seberapa jauh sudah pergeseran itu sehingga agak (atau telah terlalu?) jauh-menjauhi semangat Prokla¬masi itu sendiri dan keluar dari koridor nasional sehingga lepas dari Identitas pikir dan Jatidiri bangsa? Satu bentuk ikhtiar ialah ‘ARSIP Pancasila’. ARSIP Pancasila adalah Aktif Rujuk Semesta Inisiatif Prilaku yang bersumber nilai-nilai Pancasila. Dalam wahana ini, Pancasila memposisikan diri sebagai sentrum pengembangan pemikiran, Pribadi-luhur, dan etika berbangsa dan bernegara guna membentuk pribadi Manusia Indonesia yang mandiri mampu membangun negerinya dan bangsanya. Pancasila sendiri telah memperoleh inisiatif dari prilaku, tata-nilai, dan tradisi leluhur bangsa ini dulu kala.

Menjadi insan yang beragama, penuh cinta dan kasih sayang terhadap sesama merupakan inisiatif prilaku Pancasila yang terkandung dalam sila pertamanya. Sedari dulu perkembangan inisiatif masyarakat untuk menjadi umat beragama yang baik Isalih); baik bagi diri dan lingkungan terus berkelan- jutan. Lalu mengapa di gerbang milenium ini muncul kekerasan beratasnamakan agama? Saat ini, sekarang, Pancasila—dengan warga-bangsanya—berkesempatan membangun Inisiatif Prilaku santun, dan me- nyanjung nilai-nilai kebenaran untuk mengembalikan tatanan masyarakatyang bersendikan keluhuran sikap akibat mencerna ajaran-ajaran Agama dengan benar.

Menjadi insan yang berakhlak mulia, menjunjung nilai-nilai peri kemanusiaan, dan bersepakat untuk menghargai kemanusiaan di atas segala kepentingan materiil adalah Inisiatif Prilaku Pancasila yang terkandung dalam sila kedua. Dari sini semua golong- an, kelompok sosial, adat, dan tradisi menemukan haribaan perlindungan untuk tidak diganggu dalam lingkungan kehidupan yang berperikemanusiaan. Dalam segala ranah sosial, pada hakikatnya derajat manusia adalah sama. Bila saja nilai-nilai telah diterima dalam pergaulan Dunia, maka nyata seluruh bentuk perampasan hak, penindasan dan penistaan harkat-martabat manusia akan dilarang dan dihentikan Semesta Inisiatif Prilaku Pancasila ini. Dan dalam kehidupan sosial yang lebih nyata, hanya keadilan sosial yang dapat menyamakan tingkatan (kasta) semua orang. Jika pemerataan kesempatan kerja, peluang ekonomi-produksi tercipta, dan semua orang mempunyai kesempatan mengakses sumber daya penghidupan, maka tentu setiap orang akan mengedepankan nilai penghormatan terhadap kemanusiaan manusia. Tetapi, bagi Semesta Inisiatif Prilaku Pancasila semuanya ini harus berjalan bersamaan dan beriringan antara penghormatan atas harkat-martabat manusia dan nilai kemanusiaan dan pencapaian Keadilan Sosial dan Kesejahteraan Sosial.

Menjadi insan yang berjiwa patriotis, rela berkorban untuk kemuliaan hidup berbangsa di negeri pertiwi yang kaya, makmur dan sejahtera merupakan Inisiaif Prilaku Pancasila yang sedari dulu menemu- kan momentum heroiknya dikala gelora perjuangan kemerdekaan dikumandangkan. “Merdeka atau mati”, adalah ungkapan kerelaan berkorban dan ketidakrelaan bumi pertiwi yang kaya-asri direbut kembali oleh Penguasa tirani kosong nurani. Kontekstualisasinya sekarang ialah segala inisiatif membangun negeri ini dengan prestasi dan karya maju merupakan ciri patriot rela berkorban menjaga kemuliaan negeri ini. Inisiatif Prilaku yang ditawarkan Pancasila dalam sila ketiga “Persatuan Indonesia” adalah inisiatif hidup bersama, maju bersama dan mulia bersama dalam satu kesatuan.
Menjadi insan yang berkepribadian, menjunjung nilai tenggang rasa, dan mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan merupakan Inisiatif Prilaku Pancasila yang terkandung dalam sila keempatnya. Sila keempat ini merupakan Jatidiri Persatuan yang terjaga oleh sikap kebersamaan dalam menghadapi segala persoalan.

Penyelesaian dalam menghadapi segala persoalan ini ialah musyawarah. Inisitif Prilaku ini kemudian dituangkan dalam ketatanegaraan kita. Maka dalam era digital ini, partisipasi adalah keniscayaan dari setiap warga untuk berinteraksi menyoal dan menyelesaikan setiap permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara. Itulah substansi demokrasi yang esensial, yang hakiki. Tak ada ruh demokrasi tanpa wujud partisipasi dan mufakat.
Menjadi insan yang berprinsip keadilan dalam kehi¬dupan sosial, dan kesejahteraan yang merata merupakan Inisiatif Prilaku Pancasila yang menjadi pokok inisiatif bagi setiap kehendak membangun dari semua sila Pancasila. Gelombang globalisasi di zaman ini menyisakan agenda aksi akses teknologi dan lalulintas ekonomi tanpa kompromi. Inilah sisa kesem- patan kita untuk berkarya. Arsenal akselerasi antisipasi menghadapi globalisasi adalah mobilisasi partisipasi berbasis kompetensi dan perkuatan jatidiri. Walhasil kenapa asa proklamasi jalannya berliku? Kenapa era kemerdekaan ini masih ada yang belum bisa menik- matinya? Sederhana, kita lalai membuka ‘ARSIP’ Pan¬casila: Aktif Rujuk Semesta Inisiatif Prilaku Pancasila.

Insan Aktif Gerakan Amalkan Pancasila

Seorang insan dengan Semesta Insiatif Prilaku Pancasila akan mendapati momentum milenium yang menyisakan peluang ekspresif untuk menghantarkan negara maju berjaya. Kita sekarang hidup di gerbang abad 21, millenium ketiga. Zaman yang semakin me¬nyisakan tantangan dan harapan. Jika Manusia In¬donesia telah terhubung dengan Semesta Inisiatif Prilaku Pancasila, maka ia dituntut untuk segera bermorfosa menjadi Insan Aktif Gerakan Amalkan Pancasila. Mengapa? Seperti disebutkan di depan, zaman ini adalah zaman menentukan bagi ketahanan ideologi Pancasila menjawab tantangan zaman. Perubahan pancaroba juga terjadi di gerbang abad ini. Bencana di waktu lalu silih berganti menempati ingatan akan penderitaan masa lalu. Musibah kecelakaan masih terkadang bertandang di depan mata. Lalu apa yang menyebabkan semua ini?

Kesadaran penuh dan kewaspadaan diminta untuk bersiaga. Putra-putri bangsa dituntut untuk menginsyafi segala bentuk Prilaku dan tindak tanduknya di muka Bumi. Keinsyafan dan kesadaran adalah instrumen penting untuk mengembalikan hakikatdan makna hidup di Dunia ini. Bangsa ini telah ditegur, dan harus sadar akan dekatnya perubahan cepat yang silih datang berganti. Maka Pancasila dalam keadaan zaman yang demikian ini tentu masih relevan dianjungkan mengingat bobot filosofis, etis, dan ideologis yang dikandungnya mempunyai ciri dan syarat universalitas suatu tatanan nilai. Dan itu telah sejajar dengan ideologi-ideologi Dunia.

Maka adalah ‘Siaga’ Pancasila, sebuah wahana untuk dicanangkan dalam era milenium penuh tantangan ini. SIAGA Pancasila ialah Seluruh Insan AktifGerakan Amalkan-Pancasila. Di sini kesadaran penuh digiring dan diajak pada posisi siaga dan awas dalam segala lintasan perubahan dan tantangan zaman ini. Dan di sini pula orang yang penuh kesadaran siaga ini hendaknya mengajakSeluruh Insan Aktif Gerakan Amalkan Pancasila dalam zaman milenium tiga ini. Oleh karena itu, Kesadaran penuh akan ‘Siaga’ Pancasila merupakan tangga titian menuju kemandirian Bangsa.

‘Siaga’ Pancasila menghendaki setiap pribadi orang Indonesia mempunyai kesadaran baru untuk menindakkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, lebih-lebih di aras pergaulan Interna- sional. Kesadaran itu tak lain adalah sikap dan tindakan yang dilakukan sesadar-sadarnya bahwa di zaman milenium ini Pancasila berkesempatan untuk berperan aktif sebagai wawasan zaman baru di abad 21 ini. Jika kehendak yang tertera dalam ARSIP Pancasila terpenuhi oleh warga-negara, maka tidak menjadi sulit untuk meneruskan langkah itu menjadi SIAGA Pancasila (Seluruh Insan Aktif Gerakan Amalkan-Pancasila).

Insan yang telah terilhami oleh semangat hidup mulia dari Agama, sebagai pancaran nilai Sila Pertama Pancasila, ini dapat menyumbangkan kekokohan bangsa dalam kemenjadiannya sebagai Bangsa Indonesia Satu, Bersatu dalam perbedaan. Sudah menjadi garis hukum alam bahwa keberbedaan dan keberagaman akan saling menghidupi dan berdampingan. Karena itu, hal ini merupakan Kehendak Perenial (keabadian) Pancasila yang telah diring- kas dalam semboyan bangsa Bhinneka Ngatunggal Ika. Seluruh Insan Aktif Gerakan Amalkan Pancasila adalah wahana dalam momentum milenium tiga ini untuk mewujudkan perdamaian semesta tanpa darah dan air mata.

Insan yang berperikemanusiaan akibat oleh pancaran nilai Sila Kedua Pancasila merupakan sosok insan ideal yang akan hidup dalam zaman milenium baru ini. Dengan berbekal Semesta Inisiatif Prilaku Pancasila sila kedua sebagai Identitas-pikir, insan seperti ini yang akan diberi kesempatan memimpin dan menentukan pilihan langkah dalam membawa bangsa dan negeri ini ke kemajuan dan kejayaan. Sebab seorang insan yang penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk, alam dan seluruh isinya akan berbalik memberikan kasihnya dan dukungan dalam segala tindakannya lantaran penuh welas asih. Lihatlah fakta sosok Mahatma Gandhi, yang memimpin perjuangan bangsa India mengusir penjajahan berbekal Salyagrahi dengan bersikap Ahimsa. Alias tidak mau menyakiti dan melukai sesama makhluk. Akhirnya dia terpilih sebagai pemimpin dengan berbagai latar belakang pengikut. Dan dia mampu menghapuskan kolonialisme dari Bumi India. Pernah Ghandi ditanya “Apa nasionalisme-mu”? Jawab Ghandi, “Kemanusiaan”. Suatu jawaban yang tegas dan gamblang.

Masyarakat kita hidup dalam suatu zaman yang terus menuntut kreativitas membangun solusi pemecahan setiap persoalan zaman ini. Kehidupan di Tanah Air yang bersendikan keberagaman dan keberbedaan (Bhinneka) tetapi tetap menemukan Esensi Kesatuan (Tunggal Ika) Pancasila dan Indone¬sia merupakan keniscayaan dan kondisi yang dipersiapkan sebagai ujian bagi para penghuninya— apakah mau bersatu dalam perbedaan atau tergoda oleh perpecahan picik akibat perbedaan. Semangat Sentrifugalisme seharusnya dipupus dari sanubari setiap Insan, malahan semangat Sentripetalisme yang seharusnya dipupuk di dalam sanubari setiap Insan.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini