Oleh : Aprilia Ciptaning, Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta.
TRIBUNNERS - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Alumni Sekolah Penerus Bangsa (SPB) Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), memperingati Palestine Solidarity Day (PSD), Minggu (29/11/2015), dengan melakukan penggalangan dana.
Kegiatan yang diadakan di lokasi pelaksanaan Car Free Day (CFD), Jalan Slamet Riyadi, Solo tersebut mengambil tema ‘Half Hour For Palestine’.
Terdapat dua lokasi pelaksanaan kegiatan ini, yakni di Halte Sriwedari, dan di depan Toko Buku Gramedia. Selain penggalangan dana para peserta juga melakukan aksi teatrikal yang menggambarkan penindasan yang dilakukan otoritas Israel terhadap warga Palestina.
Dana, yang terhimpun disalurkan melalui Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) cabang Surakarta.
Aksi yang diprakarsai oleh Ayyasy Yahya ini merupakan aksi PSD pertama di Solo. Mahasiswa FEB UNS jurusan Manajemen inilah yang berinisiatif untuk mengajak teman-temannya berpartisipasi dalam aksi teatrikal ini.
Dilatar belakangi oleh kegelisahannya atas dukungan yang luar biasa bagi para penduduk Paris, Perancis, yang mengalami serangan teror, sementara tidak ada yang memperhatikan nasib para penduduk Palestina yang teraniaya oleh tindakan represif otoritas Israel.
Ia melihat adanya ketidakadilan sikap negara-negara dunia terhadap dua peristiwa kemanusiaan tersebut. "Ada sekelompok masyarakat di Amerika yang melakukan aksi solidaritas dengan pertunjukan teatrikal, Mereka memasang pamflet yang bertuliskan ‘Nothing to see, just another dead Palestine. Keep Walking’ saya rasa itu hal yang unik dan akan menarik perhatian masyarakat yang berlalu-lalang. Namun pada aksi ini kita adakan sedikit modifikasi," ucapnya.
Seorang masyarakat yang mengapresiasi kegiatan PSD ini, Yuha Risman mengungkapkan harapannya bagi masyarakat Palestina.
“Kami menginginkan warga dunia sadar, bahwa terorisme yang sebenarnya ada di Palestina, dan kita ingin Palestina terbebas dari segala bentuk penjajahan," ujarnya.
Ayyasy sendiri berharap melalui kegiatan yang dilakukan pihaknya, masyarakat Solo dapat melihat realitas dunia.
“Benar ya benar, kejam ya kejam, salah ya salah. Jangan sampai mengingkari kebenaran. Jangan sampai mengatakan bahwa Indonesia saja belum beres, ngapain ngurusin negara lain? Perlu diingat bahwa masalah itu akan selalu ada, karena sudah hukum alam. Kalau kita menunggu dulu sampai Indonesia bebas masalah, kita tidak akan mungkin bergerak untuk Palestina,” tuturnya.