Oleh : Corporate Dompet Dhuafa
TRIBUNNERS - Dompet Dhuafa melalui Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) menggelar Sarasehan Pesantren Nusantara bertajuk “Optimalisasi Peran Pesantren dalam Dakwah Nusantara”, Selasa (1/12/2015).
Acara tersebut akan berlangsung hingga Kamis (3/12/2015) di Depok, Jawa Barat.
Hadir dalam sarasehan tersebut perwakilan 35 pesantren berasal dari Aceh hingga Papua, di antaranya Pesantren Mudi Mesra Aceh, PP Thawalib Sumbar, PP Lirboyo, PP Gontor, PP Al Khoirat Sulawesi, dan PP Al Istiqamah Papua.
“Agenda Sarasehan Pesantren Indonesia ini diharapkan dapat membangun sinergi dengan tujuan dakwah antara Cordofa dan mitra maupun duta-duta Dompet Dhuafa, dalam hal ini adalah pesantren. Sehingga dapat menebar dakwah yang Rahmatan lil Alamin ke seluruh pelosok negeri yang jarang tersentuh ke Islaman secara utuh,” ujar Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini, saat membuka sarasehan.
Digelarnya Sarasehan Pesantren Indonesia berangkat dari besarnya potensi pesantren di Indonesia. Indonesia merupakan negara kaya akan pundi-pundi Islam, yakni pesantren yang tersebar ke pelosok negeri. Merujuk data Kementerian Agama tahun 2012 misalnya, menunjukan jumlah pesantren yang tercatat sebanyak 27.230 pesantren.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang fokus terhadap pendidikan dan pembinaan 24 jam, baik formal ataupun informal. Bahkan, hari ini pesantren tidak hanya identik dengan rutinitas ibadah, tetapi juga dapat bersaing dalam sains dengan sekolah formal lain.
Manager Sosial dan Dakwah Dompet Dhuafa, Ahmad Fauzi menuturkan, potensi tersebut yang membuat pesantren dapat membentuk generasi Islami yang kompeten dan idealis. Dengan begitu, pesantren bermanfaat bagi masyarakat dan umat.
Hadirnya Sarasehan Pesantren Indonesia, lanjut Fauzi, diharapkan melahirkan rekomendasi strategis dalam sinergi kelola dakwah nusantara seperti dakwah komunitas, pemberdayaan umat, dan gerakan-gerakan kebaikan.
“Selain itu, sarasehan ini juga ditargetkan menghasilkan resolusi atas pembahasan isu-isu kekinian seperti kemiskinan, kepedulian sosial, sampai pada stigmanisasi pesantren sebagai sarang terorisme,” kata Fauzi.
Adanya silaturahmi para pegiat dakwah ini juga menjadi sinergi yang saling melengkapi program Cordofa tehadap aktivitas dakwah, baik nasional dan internasional. Faktor tersebut yang mendorong Cordofa mencari alumni dan pengkaderan yang baik dari pesantren untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dengan ladang amal yang tersedia.
“Sehingga, agenda sarasehan pesantren ini sangat penting menjadi awal dari sinergi para pegiat Islam di Indonesia demi maslahat umat sampai penjuru negeri,” terang Fauzi.
Dalam sarasehan tersebut, hadir Ustaz Bachtiar Nasir sebagai salah satu pembicara. Ia menuturkan, di tengah dinamika seperti sekarang ini, sebuah sistem di pesantren harus dibangun dan diperkuat. Namun di saat yang sama juga harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan ummat pada zamannya, jadi akan lebih siap jika suatu ketika kita lepas perjalanannya.
“Seperti saat Lirboyo melahirkan pesantren-pesantren anak cucunya seperti Tebu Ireng dan Krapyak, itu menjadi sebuah basis yang patut dijaga untuk harus terus melahirkan kader-kader ulama,” kata Ustaz Bachtiar Nasir.
Dengan adanya regenerasi, para dai dan ulama bisa terus mensyiarkan agama. Semakin banyaknya guru menyampaikan dakwah, tentu juga akan mengurangi distorsi pengertian dari dinamika yang terjadi.
“Untuk menyikapi beragam isu dan dinamika terkait Islam di masyarakat. Seperti halnya bergulirnya perbincangan tentang Syiah, Isis, Wahabi dan lain sebagainya, menjadi trending topic sekarang ini. Di situlah peran ulama dan orang-orang pesantren dibutuhkan untuk meluruskan dan menundukkan persoalan ini. Karena jika tidak teratasi, itu berpotensi untuk menimbulkan perpecahan yang sangat sadis,” ucapnya.