Ditulis oleh : fajar wijanarko
TRIBUNNERS - Karet telah menjadi sumber pendapatan utama mayoritas masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
Karena harga karet yang tak kunjung naik, media sosialpun menjadi tempat untuk para petani karet mengekspresikan kegelisahanya.
“Harga karet 3800 harga ubi 7000,” tulis Ananto Pratikno dalam akun Facebooknya.
Adapula yang membuat status, “Karet hargane koyo bakwan goreng...murah... Tpi y rpopo seng ngrasake wong okeh.”
Kalimat itu dituliskan oleh Nanang Wae di akun Facebooknya.
Murahnya harga karet tak hanya berdampak pada petani karet saja, akan tetapi juga berpengaruh terhadap seluruh kegiatan ekonomi yang ada didalam daerah tersebut.
Seperti yang di ungkapkan Ibu Suryani pedagang tempe yang mengungkapkan murahnya harga karet menjadikan kemampuan daya beli masyarakat disekitarnya sedikit berkurang, sehingga pendapatanya pun berkurang.
"iya, harga karet sekarang murah, yang biasanya beli (tempe) banyak jadi cuma beli sedikit," ujarnya.
Permasalahan harga karet ini harus segera di tanggapi secara serius oleh pemerintah, mengingat banyaknya masyarakat yang menggantungkan pendapatan pada hasil karet.
Jangan sampai harga karet terus turun yang tak hanya berdampak buruk terhadap perekonomian, mungkin juga akan berakibat pada meningkatnya angka kriminalitas dan kejahatan di daerah tersebut.