News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

KISRUH TRANSPORTASI ONLINE

Pelaku Bisnis Kalah Bersaing Supir Taksi Jangan Terprovokasi

Editor: Samuel Febrianto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana di Depan Gedung Graha Merah Putih Jalan Gatot Soebroto, Jakarta Selatan saat terjadi bentrok antara supir taksi dengan sejumlah pengemudi Gojek pada, Selasa (22/3/2016).

Ditulis oleh : Adri Muhammad, Modernland, Tangerang

TRIBUNNERS - Ratusan supir taksi dan supir transportasi umum darat lainnya melakukan aksi demo menolak angkutan umum berplat hitam, atau lebih dikenal sebagai transportasi daring.

Mereka melakukan mogok masal dan akan melakukan unjuk rasa di depan gedung DPR. Sebelum aksinya, mereka melakukan sweeping supir-supir taksi yang masih melakukan aktivitasnya di Jakarta, untuk mengajak turut berpartisipasi melakukan aksi tersebut.

Namun, beberapa dari supir taksi yang terkena sweeping tidak mengikuti perintah untuk melakukan mogok. Alhasil pendemo melakukan aksi anarkis, dengan merusak mobil yang digunakan supir taksi yang tidak turut serta dalam demo itu, serta menurunkan paksa penumpang yang sedang menggunakan jasa taksi.

Seharusnya aksi ini tidak perlu diwarnai dengan anarkisme, karena aksi mogok atau demo tidak harus diikuti seluruh supir taksi.

Tidak ada alasan untuk melakukan anarkisme dalam berunjuk rasa, apalagi menyasar kepada sesama supir taksi. Alangkah baiknya jika para pendemo melakukan aksi yang damai dan tidak menganggu pengguna jalan lainnya.

Hal yang sangat disayangkan adalah kerusakan yang dialami supir taksi yang menjadi bulan-bulanan pendemo.

Alasannya, perusahaan taksi biasanya membebankan kerusakan mobil taksinya kepada pengemudi itu sendiri.

Hal tersebut malah menjadi sesuatu yang memberatkan para pengemudi taksi, selain kewajiban mereka harus menyetor setoran setiap harinya.

Pada zaman digital seperti ini, sepertinya tidak ada masalah dengan transportasi online.

Hampir seluruh elemen masyarakat menggunakan perangkat pintarnya untuk membeli atau memesan segala sesuatunya, termasuk jasa transportasi.

Transportasi daring atau transportasi konvensional hanyalah bagian dari strategi dagang, seharusnya perusahaan transportasi konvensional harus lebih berani berinovasi untuk meningkatkan daya saing.

Maka dari itu, seharusnya para supir taksi jangan mudah terporvokasi oleh oknum-oknum yang tidak mau bersaing dengan orang-orang yang memiliki ide cerdas demi mengikuti perkembangan teknologi.

Banyak toko-toko daring dibuka dan perlu dipertanyakan perizinannya, namun tidak pernah ada toko-toko ritel yang memiliki fisik bangunan yang menentangnya, hal ini terjadi karena para pelaku bisnis di bidang itu berani bersaing.

Selain toko daring, ada juga koran daring atau media daring, kenapa para pemilik koran di Indonesia tidak menentang dengan adanya media-media daring. Hal itu dikarenakan mereka siap bersaing dan berbisnis di era digital saat ini.

Seharusnya hal itu dapat menjadi pelajaran dan parameter bagi pelaku usaha transportasi, agar siap berbisnis dan bersaing pada zaman sekarang.

Selain itu, pemerintah juga harus menginstruksikan aparat keamanan untuk berlaku tegas menangani supir-supir taksi yang bertindak anarkis pada aksi demo.

Sangat menyedihkan jika ada penumpang atau pengemudi yang tidak tahu menahu persoalan ini menjadi korban dari tindakan yang tidak mencerminkan arti demokrasi.

Terakhir dan harus dilakukan segera oleh pemerintah adalah memberlakukan regulasi untuk pelaku bisnis online, baik transportasi maupun toko online, guna menjamin kenyaman dan keamanan bagi para pengguna jasa tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini