Oleh: Alex Palit
Di antara jenis bambu unik dan langka, terbilang pring pethuk (PP) menduduki peringkat utama yang paling sering dijadikan gunjingan para pemburu dan kolektor, termasuk juga incaran bolankers (sebutan untuk pencari bambu unik).
Di antara jenis bambu unik dan langka, PP ini terbilang paling sarat dengan sensasi-sensasi cerita dengan segala pernak-pernik bumbunya. Itu pula yang kemudian PP ini banyak yang meminatinya. Itu pula yang kemudian membuat PP ini mahal.
Celakanya saat ini banyak peminat bambu unik dan langka bernama PP yang terpedaya dan terkecoh oleh produk PP rekayasa hasil kerajinan tangan.
Maklumlah untuk mendapat PP alami asli dari pohon tidak gampang alias terbilang sulit, sehingga direkayasa dibikinlah aspalnya (asli tapi palsu, tidak asli dari pohon) yang orientasinya semata kepentingan bisnis.
Saat ini di dunia perbambuan keberadaan PP terbagi tiga jenis yaitu pring pethuk alami (PPA) asli alami dari pohon, pring pethuk rekayasa (PPR) hasil rekayasa kerajinan tangan, pring pethuk imajinatif (PPI) gambarnya hasil rekayasa imajinatif.
Seperti di tulisan saya sebelumnya, “Bambu Pethuk Asli dari Pohon” (Tribunnews.com, 30 April 2016) dan “Ini Juga Bambu Pethuk Tapi Bukan Asli Alami dari Pohon” (Tribunnews.com, 4 Mei 2016), mencoba mencoba menyampaikan paparan prihal PP yang saya ketahui selama ini.
Lalu bagaimana PP untuk mengetahui bahwa PP itu asli tidaknya? Silahkan kalau Anda memiliki atau berminat jadi buyer PP, silahkan posting foto PP tersebut dalam beberapa sudut secara jelas terutama di bagian kedua ruasnya, unggah di grup fesbuk “Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara” (KPBUN), pasti nanti para bolankers akan menilai keaslian PP tersebut.
Sudah tentu penilaian tersebut lebih mengacu kepada keaslian fisik yang ada di foto tersebut, apakah PP itu asli PPA atau PPR.
Di tengah makin maraknya cerita dan juga peminat PP, tulisan ini hanya sekadar pengingat dan terutama bagi peminat (buyer) untuk mengetahui secara lebih selektif dan teliti sebelum menentukan pilihan memilih keaslian PP bahwa itu PPA atau PPR.
Pastinya dengan satu harapan tidak ada lagi peminat (buyer) PP yang akhirnya terpedaya dan terkecoh pelaku spekulan bisnis yang hanya berorientasi meraup keuntungan semata atas nama PP dengan segala modus sensasi-sensasinya dan pernak-pernik ceritanya. Semoga!
* Alex Palit, citizen jurnalis, admin grup fesbuk “Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara” (KPBUN)