News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Umat Muslim di Inggris Harus Berpuasa Selama 19 Jam.

Penulis: Rizqi Bachtiar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Buka bersama; terlihat beberapa orang antri mengambil makanan berbuka di Central Mosque, Edinburgh

TRIBUNNERS - Sebagai salah satu ibadah wajib bagi Muslim yang sudah baligh, puasa di bulan Ramadhan menjadi salah satu ibadah yang harus dilaksanakan oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali di Inggris Raya (UK).

Menariknya, ada perbedaan mencolok antara puasa Ramadhan di Indonesia dengan di UK, yaitu masalah waktu lamanya berpuasa. Di Indonesia, lamanya berpuasa dalam sehari berkisar kurang lebih 13 jam.

Tahun 2016 ini, umat muslim di UK harus berpuasa selama kurang lebih 19 jam. Magrib berkisar pukul 22.06 dan Subuh sekitar 02.15.

Pada awalnya, perbedaan waktu tersebut tentulah menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi saya yang baru kali pertama merasakan puasa sedemikian lamanya di negeri orang.

Hal yang paling mengkhawatirkan adalah apakah tubuh saya kuat menahan haus dan lapar selama kurang lebih 19 jam. Selain itu, waktu yang tersedia untuk berbuka puasa, sholat tarawih dan sahur hanyalah sekitar 5 jam.

Kekhawatiran akan stamina tubuh yang akan menurun karena lamanya berpuasa cukup beralasan. Karena pada saat yang sama, saya sedang dalam proses menulis tugas akhir S2 di Inggris yang tentunya membutuhkan banyak tenaga untuk menyusun tesis.

Namun kekhawatiran itu sedikit demi sedikit mulai terkikis setelah menjalani puasa Ramadhan di awal Ramadan.

Alasan pertama, suhu di UK yang cenderung dingin menjadi keuntungan tersendiri untuk bisa bertahan berpuasa selama 19 jam.

Tentunya hal tersebut berbeda dengan di Indonesia yang suhunya relatif panas. Alasan kedua, walaupun harus dibiasakan, asalkan bisa melatih pola hidup selama Ramadhan, Insya Allah kita akan kuat berpuasa.

Jadi selama Ramadan, Muslim di UK jarang tidur setelah tarawih, tetapi langsung makan sahur. Jadwal tidur digeser setelah subuh.

Perubahan pola hidup tersebut memungkinkan saya untuk tetap mendapatkan asupan makanan tanpa harus khawatir tertidur untuk bangun sahur. Alasan ketiga, tidak ada masalah berarti yang dirasakan oleh tubuh.

Sebelumnya, muncul kekhawatiran bahwa tidak makan dan minum selama 19 jam akan menimbulkan masalah di lambung.

Kenyataanya, alhamdulillah tidak ada masalah dengan hal tersebut.

Selain itu, semangat berpuasa di UK juga disebabkan oleh persaudaraan antar Muslim yang begitu kuat. Walaupun penduduk Muslim di UK minoritas, alhamdulillah solidaritas antar sesama muslim sangat tinggi.

Di Edinburgh, tempat saya tinggal, Central Mosque dioptimalkan sedemikian rupa untuk mewadahi umat muslim yang sedang berpuasa.

Setiap hari, masjid tersebut menyediakan menu berbuka gratis bagi umat Muslim yang ada di Edinburgh. Pada saat adzan magrib dikumandangkan, takmir masjid menyediakan kurma, buah buahan dan air mineral untuk membatalkan puasa.

Selesai membatalkan puasa dengan kurma dan air mineral, biasanya akan dilanjutkan dengan sholat Maghrib berjamaah.

Setelah itu, barulah kami menikmati hidangan berbuka yang disediakan oleh pihak masjid. Menu berbuka biasanya adalah nasi kebuli dengan lauk yang berganti-ganti setiap harinya dan disiapkan di dalam kotak nasi porsian, layaknya di Indonesia.

Kadang daging ayam, domba dan juga sapi.

Proses pembagian nasi kotak tersebut adalah dengan mengantri di salah satu sudut kompleks masjid. Hal ini cukup beralasan kenapa tempat makannya dipisah dari dalam masjid agar tidak mengotori area tempat shalat.

Yang unik dalam proses mengantri mendapatkan makanan adalah budaya antrinya. Tidak hanya para jamaah yang mengantri, imam masjidpun ikut mengantri.

Hal tersebut menimbulkan semangat kebersamaan yang sangat erat diantara umat Muslim di Edinburgh.

Tidak hanya mengurusi mengenai makanan untuk berbuka, Central Mosque di Edinburgh juga memfasilitasi berbagai macam acara selama Ramadan, seperti kajian keagamaan, TPA untuk anak anak, dll.

Bahkan di sepuluh hari terakhir Ramadhan ini, pihak masjid juga menyediakan menu sahur bagi mereka yang itikaf di Masjid. Faktanya, banyak sekali umat muslim di Edinburgh yang melaksanakan itikaf di Masjid.

Namun yang unik dari suasana Ramadhan di UK, adzan dan iqamah dari Masjid tidak akan terdengar di luar masjid. Suara adzan dan iqamah hanya terdengar di dalam ruangan masjid saja.

Tentunya hal tersebut berbeda dengan masjid masjid di Indonesia yang suara adzan dan iqamahnya terdengar sampai jauh.

Kondisi tersebut mengharuskan Muslim di UK untuk proaktif melihat jadwal sholat di selebaran yang dibagikan oleh takmir masjid, aplikasi HP, maupun di website resmi masjid. Tentunya hal tersebut membuat sedikit banyak kangen dengan suara suara adzan, iqomah dan tadarusan yang ada di Indonesia.

Selain itu, yang membuat kangen dengan suasana Ramadan di Indonesia adalah iklan sirup, sarung dan jajanan khas lebaran hampir dipastikan tidak ada di UK.

Walaupun begitu, apapun pengalaman yang dirasakan selama berpuasa di negeri orang, semoga ibadah puasa Ramadan kita tahun ini diterima oleh Allah SWT. Salam dari Edinburgh UK.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini