News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pilgub DKI Jakarta

Kemenangan Ahok dan Teman Ahok Mengikis Praktik Politik Dagang Sapi

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meresmikan Taman Pandang Istana yang terletak di sisi silang barat laut kawasan Monumen Nasional (Monas), Sabtu (30/7/2016).

PENULIS: Petrus Selestinus

TRIBUNNERS - Pilihan Ahok dan Teman Ahok untuk memuluskan pencalonan Ahok sebagai calon Gubernur DKI Jakarta melalui jalur partai politik, merupakan bukti kemenangan Ahok dan Teman Ahok.

Ahok dan Teman Ahok berhasil menyiasati problematik yang timbul dalam praktek politik transaksional yang dilakukan oleh hampir semua partai politik di setiap pilkada.

Ini adalah strategi genius yang dipraktekan oleh Ahok dan Teman Ahok guna mengikis praktek politik transaksional atau dagang sapi yang selama ini telah menggerogoti demokrasi dan kedaulatan rakyat.

Pilihan Partai Nasdem, Hanura dan Golkar yang menyatakan mendukung Ahok dan Teman Ahok dalam pilgub DKI Jakarta menggunakan jalur perseorangan, tanpa syarat mahar politik merupakan bukti bahwa ketiga partai politik ini secara cerdas menangkap semiotika politik untuk mengawal kekuatan rakyat yang menghendaki Ahok untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta lagi.

Tanpa harus dihalang-halangi dengan cara apapun juga, kecuali haya dengan mengikuti kehendak dan harapan publik yaitu menggolkan Ahok menjadi calon Gubernur DKI Jakarta dan terpilih.

Ini adalah akrobatik politik tingkat tinggi Ahok dan Teman Ahok untuk mengikis praktek politik transaksional. Sementara bagi Partai Nasdem, Hanura dan Golkar, mereka ingin menyelamatkan kehendak publik yaitu memiliki seorang Gubernur bernama Ahok yang menjadi harapan publik.

Dengan demikian pendapat sementara pihak yang menyatakan sikap Ahok dan Teman Ahok memilih partai politik (Nasdem, Hanura dan Golkar), dalam pilgub DKI Jakarta sebagai perilaku "kutu loncat", dan "mengkhianati masyarakat" adalah pendapat yang tidak berdasar, emosional dan tidak cerdas.

Karena justru Ahok dan Teman Ahok berhasil meluluhkan sikap kaku partai politik.

Bahkan bisa dikatakan Ahok dan Teman Ahok berhasil memberikan pembelajaran politik yang sangat berharga kepada masyarakat dan partai politik untuk berpolitik secara sehat, etis dan berdasarkan standar moral yang baik di masa yang akan datang terutama politik transaksional yang merugikan demokrasi dan kedaulatan rakyat.

Ahok dan Teman Ahok telah menginspirasi publik dan akal sehat publik agar tetap menghormati jalur perseorangan dan jalur partai politik dalam pilgub, karena kedua-duanya merupakan jalur yang legal legal konstitusional, sehingga tidak boleh ada pihak yang mengklaim bahwa jalur parpol sebagai jalur yang benar sedangkan jalur perseorangan sebahai pilihan yang salah.

Mengapa? Karena sejumlah pihak terutama dari  PDIP selalu berpendapat bahwa pilihan Ahok pada jalur perseorangan  sebagai pilihan yang salah, karena itu ketika Ahok kembali memilih jalur parpol, maka Ahok dianggap telah kembali ke jalan yang benar.

Inilah pendapat yang keliru dan menyesatkan dari PDIP yang turut melahirkan UU yang mengatur tentang jalur perseorangan dalam pilkada.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini