Penulis: KH Cholil Nafis, Ph.D
Islam turun di kota Mekkah, dan dakwah Islam sempurna di Madinah dengan contoh berdirinya negara Islam pertama yang dipimpin langsung Rasulullah saw. dengan asas konstitusi Shahifah Madinah.
Selanjutnya Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia, sampai menembus jantung Eropa di Andalusia, bagian Semenanjung Iberia dalam kurun antara tahun 711 sampai 1492.
Jika diklasifikasi dakwah Islam di belahan dunia dapat dipetakan menjadi empat model pennyebaran. Pertama, Islam turun di Jazirah Arab dengan bahasa wahyu yang sesuai dengan bahasa kaumnya, yaitu bahasa Arab.
Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KH Cholil Nafis.
Melalui perjuangan yang penuh pengorbanan, dakwah Nabi Muhammad saw dapat diterima sehingga dapat membimbing umat Islam menuju jalan yang diwahyukan oleh Allah SWT.
Kedua, dakwah Islam menyebar ke Afrika. Di sini masyarakatnya menerima Islam dan bertutur bahasa Alquran, yakni Arab. Menurut sebagian pakar, sebagian negara Afrika adalah penutur bahasa Arab yang lebih baik tata bahasanya dibandingkan dengan penduduk Jazirah Arab.
Ketiga, dakwah Islam masuk di Asia dapat diterima oleh masyarakat tetapi melalui bahasa wahyu, yaitu bahasa Arab tapi tak dapat digunakan secara terampil oleh masyarakat.
Sebagian masyarakat Asia memeluk agama Islam tetapi tidak dapat mendalami dan bertutur Arab dengan baik. Kemunculan Arab pegon misalnya.
Menurut Wikipedia, huruf pegon adalah huruf Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa juga Sunda. Kata pegon berasal dari bahasa Jawa pégo yang berarti menyimpang. Sebab bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.
Berbeda dengan huruf Jawi yang ditulis gundul, pegon hampir selalu dibubuhi tanda vokal. Jika tidak, maka tidak disebut pegon lagi melainkan Gundhil. Bahasa Jawa memiliki kosakata vokal (aksara swara) yang lebih banyak daripada bahasa Melayu sehingga vokal perlu ditulis untuk menghindari kerancuan.
Keempat, dakwah Islam masuk di Eropa sampai berdirinya imperium Islam di Spanyol. Islam tidak berlangsung mulus diterima masyarakat Eropa begitu juga bahasa Arabnya.
Seusai kekuasaan Islam di Eropa meredup, pengaruhnya sedikit membekas di tengah masyarakatnya. Akhir-akhir ini sebagian orang Eropa malah fobia terhadap Islam dan menciptakan stigma, orang Arab adalah teroris.
Eropa perlu diberi informasi seimbang tentang Islam agar tidak salam paham tentang ajaran Islam, selanjutnya tidak menjadi paham yang salah.
Pemahaman Islam moderat (Islam Wasathiyah) perlu disampaikan kepada masyarakat Eropa agar paham bahwa dalam Islam banyak firqah atau kelompok akibat pemahaman Islam yang tidak komprehensif.
Islam Wasathiyah telah diterjemahkan di Indonesia menjadi Islam di Nusantara dan Islam berkemajuan. Intinya, Islam menyebarkan pemahaman yang properdamaian, berpegang teguh pada prinsip keimanan dan dialog antara umat beriman.
Pluralitas keyakinan merupakan sesuatu yang niscaya, memeluk Islam adalah hidayah dan berdakwah kepada yang lain tentunya dengan dialog yang ramah.
Majelis Ulama Indonesia telah memutuskan pada Musyawarah Nasional di Surabaya pada 2015 tentang kriteria Islam Wasathiyah, ialah Islam moderat yang dapat menjadi garis tengah (syuhada ‘ala annasi) dari semua pemahaman yang ekstrem, baik kanan atau kiri.
Kini, saya sebagai Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat diberi tugas menyampaikan Islam Wasathiyah di beberapa negara di Eropa, seperti Belanda, Jerman, Austria dan Prancis.
Dakwah ini menjadi penting guna memberi informasi yang komprehensif tentang Islam Wasathiyah yang dianut oleh mayoritas umat Islam di Indonesia.
Insya Allah safari dakwah saya akan dimulai dari tanggal 16 sampai 29 September di Eropa. Bismillahi majereiha wa mursaha inna rabbi laghafuruurahim (Dengan nama Allah di waktu berangkat dan berlabuh, sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).