Oleh: M. Cholil Nafis, Ph D, Ketua Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyatakat MUI Pusat
Menginjakkan kaki di Belanda memgingatkan jejak sejarah penjajahan mereka di Indonesia. Namun mata terasa berbeda saat melihat lingkungan yang bersih, lahan pertanian yang baik, dan taman binatang yang hidup bebas, merangsang angan bagaimana Indonesia bisa menirunya.
Luas negara Belanda tak lebih besar dari Jawa Barat namun kesannya berbeda karena kiprahnya banyak menjangkau dunia luar sejak ratusan tahun silam.
Penduduk negara Belanda yang berjumlah sekitar 17 jutaan ini sekitar 10 persen memeluk Islam meski mayoritas warganya 55 persen ateis.
Ketua Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyatakat MUI Pusat, KH Cholil Nafis, berfoto bersama Pitter. Pitter sudah memeluk Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat di tempat kebudayaan Turki di Krommenie, Belanda. DOKUMENTASI KH CHOLIL NAFIS
Asal tahu saja, mereka terkesan lebih akrab dengan warga negara Indonesia, bahkan sangat senang dengan tradisi, seni dan kebudayaannya yang beragam.
Warga Belanda merasa dekat atau "hutang budi" dengan Indonesia. Banyak hal yang dirasakan warga negara Indonesia mengenai kedekatan antarwarganya.
Hal ini dapat dilihat kerelaan masyarakat Belanda untuk melepaskan tanahnya dan memeluk agama Islam karena suka tradisi dan budaya masyarakat Indonesia.
Seperti Masjid Indonesia Al Hikmah di Den Haag. Awalnya masjid ini dipakai sebagai gereja. Kemudian hendak dibeli komunitas Turki dan masyarakat Indonesia.
Belakangan pemiliknya lebih senang menjual tanah dan bangunan gereja kepada masyarakat Indonesia karena suka dengan kebudayaan Indonesia yang sering ditampilkan di Den Haag.
Banyak masyarakat Belanda yang telah meyakini Islam memilih untuk membaca dua kalimat syahadat di Masjid Indonesia Al Hikmah di Den Haag.
Begitu juga kantor Persatuan Pemuda Muslim Indonesia Eropa (PPME) cabang Rotterdam adalah tanah milik yang dibeli dari masyarakat Belanda.
Izin perubahan bangunan dan peruntukkannnya sangat cepat dikeluarkan pemerintah setempat karena judulnya untuk kegiatan seni dan kebudayaan Indonesia. Sementara bangunan negara lain di sebelahnya yang sudah dua tahun mengajukan pembangunan belum juga keluar izinnya.
Seringkali warga Muslim Indonesia di Belanda mengadakan kegiatan keagaaman melalui pementasan seni dan budaya Indonesia.
Acara pengajian bahkan dilakukan secara semarak, berpadu dengan kesenian dan kebudayaan Indonesia. Inilah yang membuat masyarakat Belanda memiliki cara pandang keberislaman warga Indonesia lebih familiar dan asyik, memancarkan kesan tentang ber-Islam yang ramah.
Warga Belanda seringkali mengikuti kegiatan keagamaan masyarakat Indonesia yang dibalut seni budaya. Sampai akhirnya mereka memeluk Islam di Masjid Indonesia karena senang dengan aktivitas keagamaan yang bernuansa seni dan kebudayaan Indonesia.
Pendekatan dakwah melalui budaya dan tradisi dianjurkan dalam Islam. Islam mengakui adat sebagai sumber hukum maka berarti dapat dijadikan metode dakwah dalam penyebaran Islam. Sejatinya Islam mengakomodasi kebudayaan dan kearifan masyarakat setempat
Islam tidak antiseni dan budaya, bahkan menjunjung nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Dakwah Islam mengajak pada tauhid yang memberi nilai karakter diri dan ajaran yang memberi nilai baik pada kebudayaan.
Inilah Islam Wasathiyah, yaitu Islam yang dapat dirasakan dan disaksikan oleh semua orang dan landasannya adalah keteladanan Rasulullah saw (Al Baqarah: 143).
Islam dapat membedakan anatara yang primer dan yang sekunder, antara pokok dan cabang juga antara esensi ajaran dan syiar agama
Dakwah Islam menciptakan masyarakat Muslim yang berakhlak mulia berlandaskan nilai-nilai ilahiyah (ketuhanan). Sedangkan model perkumpulan, organisasi dan bentuk negara sepenuhnya tergantung pada kesepakatan masyarakatnya asalkan dapat tercipta keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.