Oleh: Alex Palit
Melalui Surat Edaran Nomor B.750/Seskab/Polhukam/12/2016 ditandatangani Sekretaris Kabinet Pramono Anung, 23 Desember 2016, mengintruksikan bahwa menteri, pimpinan lembaga tinggi negara, dan kepala daerah diimbau agar dalam setiap penyampaian sambutan suatu kegiatan dihadiri Presiden Jokowi langsung pada isu pokok kegiatan, dan paling lama 7 menit.
Atas surat edaran ini, Pramono Anung menyebutkan bahwa Presiden kita ini tidak mau bertele-tele. “Harus langsung ke substansi, inti persoalan," ujarnya, menyoal sambutan 7 menit. Justru saya yang bertele-tele ke substansi inti persoalan 7 menit, ke makna angka 7. Kenapa, dan ada apa dengan angka 7.
Begitu melihat berita ini di televisi, perhatian mata saya langsung tertuju ke beberapa koleksi bambu unik saya yang berbentuk angka 7. Adapun angka 7 ini saya anggap angka keramat karena banyak hal-hal simbolisasi di kehidupan ditandai angka 7. Bahkan kalau dikaji angka 7 (tujuh) yang dalam bahasa Jawa disebut “PITU” ini tersirat pula nilai-nilai filosofi spiritual, juga religius.
Sebagai penyuka dan kolektor, bambu unik 7 inipun beberapa kali diposting di akun fesbuk dan di Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN). Dimana KPBUN itu sendiri merupakan wadah komunikasi “Ngaji Deling”, membaca bambu mengungkap makna apa yang tersirat di balik keunikan bambu unik yang terbentuk secara alami ini.
Lalu apa hubungannya surat edaran sekretaris kabinet dengan apa dan siapa di balik angka 7. Dalam bahasa Jawa, angka 7 (PITU) adalah sanepan (kiasan) dari PITUtur, PITUnjuk, PITUlungan, sebagai tuntunan untuk mencapai atau menggapai harapan 7an (tujuan).
Pastinya sebagai orang Jawa, Presiden Jokowi paham betul akan makna filosofi sanepan PITUtur, PITUnjuk dan PITUlungan. Pastinya Pramono Anung sebagai sekretaris kabinet yang menanda-tangani surat edaran ini juga paham betul akan makna filosofi sanepan PITUtur, PITUnjuk dan PITUlungan.
Lewat budaya “PITUtur” cukup dengan 7 menit ini menjadi tidak bertele-tele, to the point, langsung ke substansi, inti persoalan yang dikemukakan. Walau cukup dengan 7 menit, diharapkan sudah didapat PITUnjuk yang substansial untuk memutuskna kebijakan yang bijak satunya kata dengan perbuatan.
Adapun dalam pemahaman religius, filosofi sanepan PITUtur, PITUnjuk, dan PITUlungan Yang Maha Kuasa sebagai sebagai tuntunan untuk mencapai atau menggapai harapan 7an (tujuan).
Setidaknya itu yang saya baca dari Ngaji Deling, membaca bambu mengungkap makna apa dan siapa bambu unik 7.
Tinggal bagaimana menempatkan relasi “PITUtur” 7 menit ini dengan filosofi senepan PITUtur, PITUnjuk dan PITUlungan pada para pemangku jabatan saat menyampaikan pidato sambutan atau saran dan masukan kepada Presiden Jokowi sebagaimana dimaksud surat edaran tersebut. Semoga!
* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, PeNgaji Deling “Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara” (KPBUN), Pemimpin Redaksi Bambuunik.com