Penulis:
Lyra Puspa
President Vanaya Coaching Institute dan kandidat PhD Applied Neuroscience in Psychology pada Canterbury University, UK
TRIBUNNERS - Apa jadinya jika idealisme, sains, penelitian, ekonomi, lingkungan, kelautan, kreativitas, dan kewirausahaan berpadu menjadi satu? Sebuah karya nyata inovasi, bernama: TASINI.
Indonesia memproduksi 10 juta sampah tas plastik setiap hari. Sungai dan laut kita sudah begitu tercemarnya dengan sampah plastik, sehingga Indonesia membukukan "prestasi" sebagai negara urutan ke-2 di dunia yang lautnya mengandung polusi sampah plastik terparah.
Apakah kita tahu fakta ini? Belum tentu. Bahkan peduli pun mungkin tidak.
Tapi ada yang masih peduli laut Indonesia. Dan sayangnya bukan warga dan bangsa kita. Roger Spranz namanya.
Mahasiswa PhD di Leibniz Center for Tropical Marine Research, adalah pendiri organisasi Marine Ocean Plastic Free (MOPF). Pria berkebangsaan Jerman ini, bersama tiga orang koleganya (satu orang Jerman dan dua orang Indonesia) menciptakan inovasi Tasini.
Tasini lahir 8 Juni 2017 lalu sebagai solusi atas polusi sampah plastik. Bentuknya adalah tas kain yang dapat dilipat berbentuk gantungan kunci imut dan lucu berwujud aneka fauna samudera. Roger dan tim MOPF menyebut inovasi Tasini ini sebagai: "The Key to Break the Plastic Bag Habit".
Melihat video Tasini banyak yang kagum dan terpana. Tapi saya justru malu luar biasa.
Malu pertama, Roger sang inovator bukan bangsa dan warga Indonesia. Polusi sampah adalah masalah bangsa kita, tapi justru orang asing yang lebih peduli pada masalah kita. Kita sibuk berkoar-koar mengeluh tentang banjir dan kebersihan, tetapi kita sendiri yang justru paling rajin membuang sampah plastik setiap hari.
Alhamdulillah masih ada dr. Gamal Albinsaid yang peduli menciptakan inovasi Klinik Sampah, menuntaskan masalah kesehatan sekaligus sampah. Tapi mayoritas kita? Mungkin tidak terlalu berpikir ke arah sana. Lalu antara kita dan Roger, siapa yang lebih Pancasila sebenarnya?
Malu kedua, sebagai inovasi, ketajamannya luar biasa. Tas belanja reusable sudah banyak tersedia, tetapi Tasini berbeda. Lebih dari sekadar solusi biasa, Tasini langsung masuk ke akarnya, yakni bahwa kita belum begitu peduli pada lingkungan sehingga sering lupa membawa tas reusable yang ada.
Menjadi luar biasa karena Tasini dilandasi riset etnografis dengan pemahaman mendalam terhadap pola kerja otak manusia.
Tasini mengubah kebiasaan dengan masuk pada sebuah kebiasaan lain yang telah ada, memecah Habit Loop seperti diangkat Charles Duhigg dalam buku "The Power of Habit".
Kebiasaan baru membawa tas belanja sendiri dicoba diciptakan, dengan menempelkannya pada kebiasaan kaum wanita menyukai aksesoris gantungan kunci yang lucu-lucu.