News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Pentul, Pistol dan Tongtoll

Editor: Yulis Sulistyawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jarum Pentul di Rongga Dada Anisa . (Tribun Jabar/(ISTIMEWA)

TRIBUNNEWS.COM - Jarum pentul berwarna biru yang mendekam selama 18 hari di saluran pernafasan Anisa Salim (14) akhirnya berhasil dikeluarkan tim dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Gara-gara Si Pentul yang tertelan tanpa sengaja ke kerongkongan siswi kelas 3 SMPN 1 Rancakalong, Kabupaten Sumedang ini, muncul surat terbuka untuk Presiden Jokowi agar dibantu pengobatannya.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil pun menangkap dengan cepat pesan Anisa dengan langsung membesuknya.

Nama jarum pentul hasil adopsi dari bahasa Jawa yakni kata pentol. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan pentol adalah sesuatu bentuk yang menonjol, bisa bulat atau bentuk lainnya.

Lantaran pentol di ujung jarum itulah, makanya dinamakan jarum pentul.

Pentul yang tertelan tanpa sengaja pada 18 September lalu cukup menyiksa Anisa dan orangtuanya.

Pagi hari setelah jarum masuk ke tubuh Anisa, sang Bunda merelakan mencari si pentul dari kotoran sang putrinya.

Namun rupanya si pentul menancap di bagian saluran nafas sehingga harus dilakukan operasi tim yang dipimpin oleh dokter Agung Dinasti Permana pada 5 Oktober lalu.

Jarum kecil dengan panjang sekitar 10 cm itu terangkat dengan kondisi bengkok, dan berkarat.

Dasar si pentul membikin Anisa dan keluarga pontang-panting. Namun kalau boleh disebut, si pentul ini adalah barang wajib bawaan kaum hawa berhijab.

Jika tak ada si pentul, tentu kadar modisnya jilbab atau kerudung bisa berkurang drastis. Berkat si pentul ini, maka kerudung menjadi pas dan bisa dimodifikasi berbagai bentuk.Tak ada lagi cerita kerudung yang kebesaran atau mudah terlepas.

Namun siapa sangka, ternyata si pentul yang dijual seharga Rp 1.500 - Rp 2000 perbiji itu sebagian besar di impor.

Persis seperti barang-barang di rumah kita, sebagian besar diimpor dari China. Negeri sebesar Indonesia ini belum mampu menghasilkan si pentul yang kualitasnya sama dengan impor.

Coba klik saja di internet dengan keyword jarum pentul. Tawaran pentul dari penjaja online beragam banyaknya. Harga bersaing ketat semurah-murahnya.

Tak hanya jarum pentul, hampir semua perkakas rumah tangga mulai dari sapu, gayung, ember, sikat dan lain-lain, sebagian besar kini dibanjiri produk impor.

Bahkan, peralatan kesehatan di tanah air, termasuk jarum suntik, hingga kini masih mengandalkan impor.

Yang cukup menghebohkan adalah kabar tentang impor 5000 senjata api yang diungkap Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Isu impor senjata api termasuk senjata serbu hingga pistol ini membuat Presiden Joko Widodo dan para menterinya sibuk membuat bantahan.

Polri, Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Narkotika Nasional (BNN) lebih pontang-panting lantaran belakangan ditemukan senjata impor untuk institusi di luar TNI ini.

Isu soal senjata api impor pun menjadi makanan empuk lawan-lawan politik Jokowi. Terlebih dikait-kaitkan dengan rumor Jenderal Gatot Nurmantyo yang pensiun Maret 2018 nanti hendak dipercepat pergantiannya.

Isu semakin panas dengan langkah Jenderal Gatot Nurmanto yang memerintahkan anak buahnya menonton film G30S PKI.

Kembali tentang barang impor, setidaknya ada barang yang kini menjadi lirikan masyarakat.

Coba saja lihat di jalanan yang mengarah ke pintu tol di Ibukota DKI Jakarta atau Kota Bandung dan sekitarnya. Belakangan mulai muncul tongsis e-toll atau di Tongtoll.

Barang mirip alat pemukul lalat dan nyamuk ini menjadi ramai dijajakan, seiring langkah pemerintah yang Oktober ini hendak menghapus pembayaran tunai bagi kendaraan yang masuk ke jalan tol.

Tongtoll ini digunakan untuk menempelkan kartu e-toll, mengingat terkadang jarak antara pengemudi dengan mesin pembaca e-toll terkadang lumayan jauh.

Barang ini dibandrol Rp 40 ribu. Kalau dulunya tongsis laris manis, kini Tongtol juga lagi jadi idola. Bersyukur, tongtoll ternyata sebagian besar diproduksi di dalam negeri yakni di Bandung.

Kreasi dan kreatifitas putra-putri bangsa kini sangat diharapkan. Jangan sampai seluruh barang kebutuhan masyarakat dipenuhi barang impor.

Syukur-syukur , karya anak bangsa bisa menjadi idola di luar negeri. Era perdagangan bebas kini membuat siapa yang bisa memproduksi barang terbaik dan harga lebih kompetitif akan menjadi pemenang. (Yulis Sulistyawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini