News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Antara Presiden Jokowi dan Bambu Carang Gantung

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Jokowi

Oleh: Alex Palit

Sekedar amatan ulasan 3 tahun pemerintahan Presiden Jokowi dari sepotong bambu carang gantung.

Sebagaimana judul tulisan “Antara Presiden Jokowi dan Bambu Carang Gantung”, tanpa mengurangi rasa hormat, di sini saya hanya ingin membaca dan mengungkap makna filosofi bambu carang gantung yang dikaitkan dengan kepemimpinan Presiden Jokowi.

Sebelumnya, di sini saya akan mengulas filosofi membaca bambu mengungkap apa dan siapa yang tersurat dan tersirat di balik bahasa tanda bambu carang gantung.

Kenapa spesifikasi keunikan bambu ini disebut bambu carang gantung.

Dalam khasanah pengaji deling di kalangan Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN), bambu carang gantung adalah dari sebatang bambu utama di mana tunas-tunas ranting (carang) yang pertumbuhannya menggantung berada di atas ruas.

Jadi bambu carang gantung adalah bambu yang tunas-tunas atau carang rantingnya tumbuh dan berkembang di atas ruas batang utama.  

Sebagai pengamat dan pengaji bambu unik, di sini saya hanya ingin mencoba mengulas filosofi pemerintahan kepemimpinan Presiden Jokowi dalam hubungannya dengan bambu carang gantung. Di mana secara filosofi bambu carang gantung ini sering dikaitkan sebagai simbolisasi kepemimpinan.

Walau di Pilpres 2014 kemarin saya bukan pendukung pasangan Jokowi – Kalla. Malah kala itu banyak tulisan saya sebagai citizen jurnalis mengkritisinya.

Tapi begitu pasangan No. 2 ini memenangi Pilpres 2014, dan Jokowi dilantik sebagai Presiden 2014 – 2019, sebagai warganegara, bagaimanapun juga saya harus mengapresiasi kepemimpinan Jokowi sebagai kepala negara, kepala pemerintahan, dan simbol negara.  

Jelang 3 tahun pemerintahan Presiden Jokowi. Saya pun tidak peduli dengan serangan kritikan yang dilontarkan kepadanya terutama atas penyebutan sebagai presiden diktator, otoriter, tidak tegas, lembek, klemar-klemer, dan sebagainya.

Termasuk saya tidak peduli dengan ragam hasil survei atas tingkat kepuasan rakyat pemerintahan Presiden Jokowi.

Sesuai judul artikel, di sini saya hanya ingin mencoba keterhubungan makna filosofi antara keduanya. Sudah tentu tulisan ini lebih merujuk pada amatan subjektif spiritual saya sebagai pengaji deling (pengaji bambu unik).

Dari filosofi bambu carang gantung ini kita semua sebagai warganegara dan rakyat Indonesia berharap Presiden Jokowi akan menjadi sosok pemimpin sebagaimana disimbolisasi bambu carang gantung.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini