TRIBUNNERS - Film ini film musikal (seperti Petualangan Sherina).
Berkisah tentang rombongan anak-anak sekolah yang cerdas dan kreatif yang berkegiatan di sebuah hutan konservasi.
Di tengah kegiatan itu ada 3 orang penjahat yg melakukan pencurian hewan dari kandang konservasi yg ternyata di dalangi si petugas penjaga konservasi itu sendiri.
Tiga orang penjahatnya bercambang dan bertampilan agak kasar, sebagaimana layaknya tampilan penjahat pada umumnya. Satu di antaranya memakai celana pendek bukan celana cingkrang.
Oleh karena itu jauhlah dari gambaran saudara-saudara kita yang sering dipandang sebagai radikal/ teroris, karena jenggot dan model celananya.
Sebagai film setting Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, bisa-bisa saja penjahatnya beragama Islam. Sama wajarnya jika dalam negara yang mayoritas penduduknya non muslim penjahat non muslim. (Seperti dalam film Home Alone misalnya)
Ketika si penjahat di tengah malam di hutan lagi ketakutan karena mengira ada hantu, salah satunya berdoa. Karena dia muslim dia bacanya doa Islam.
Tapi yangg dibaca salah 'comot', yaitu doa mau makan. Karena itu ditegur temannya, doanya salah, doa makan.
Ketahuan penjahatnya muslim- ya karena dia baca doa itu, yang cenderung latah-latah juga. Tapi tidak ada penggambaran spesifik atau kesan penegasan bahwa muslim itu jahat.
Tidak bedanya jika ada film tentang kasus korupsi lalu koruptornya di dalam bui berdoa atau shalat, itu sama sekali tak berarti merepresentasikan Islam/umat Islam itu jahat.
Bagi LSF, tidak terlihat adanya bagian yang secara jelas mendiskreditkan Islam?
Jika dihubung-hubungkan dg penista agama, rasanya terlalu jauh berspekulasi. Kita tahu kalo penjahatnya muslim pun ya hanya karena dia baca doa itu.
Ketika akhirnya si penjahat terkepung, salah satunya memang membaca istighfar. Tetapi sekali lagi, bagi LSF, itu tdak berarti menggambarkan pelecehan dan penistaan terhadap Islam.
Untuk memahami film "Naura dan Genk Juara" ini kiranya memang perlu menonton langsung filmya.
PENGIRIM: LSF