TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menyatakan, negara-negara yang mengeluarkan peringatan perjalanan terkait peristiwa erupsi Gunung Agung di Provinsi Bali, agar segera melaporkan kondisi sebenarnya yang terjadi di Bali kepada pemerintahnya masing-masing.
Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim, Arif Havas Oegroseno, seusai mengundang perwakilan diplomatik dan konsuler asing di Jakarta yang mayoritas masyarakatnya adalah wisatawan yang sering berkunjung ke Indonesia, khususnya Bali.
Baca: Mengintip Keseruan Acara Go Zero Waste For Cikapundung Water Trail Komunitas Sadaya Geulis Hiker
“Tadi kita undang beberapa teman dari Kedutaan Besar negara-negara asing yang mayoritas mendatangkan turis bagi kita. Tujuan dari briefing tadi adalah menyampaikan kepada negara-negara, bahwa sebenarnya kondisi di sana, kalau terjadi skenario yang terburuk itu tidak seburuk yang kita bayangkan, sehingga mereka bisa memberikan laporan dan revisi terhadap travel warning kepada pemerintahnya masing-masing. Agar juga wisatawan dari negara-negara tersebut bisa datang dengan aman dan mengetahui di mana letak daerah bahayanya,” ujarnya di Kantor Kemenko Maritim, Jakarta, pada Jumat (22/12).
Dijelaskan Deputi Havas, berdasarkan laporan terkini dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), erupsi Gunung Agung bila ditinjau dari letusan sebelumnya yang terjadi pada tahun 1963, hanya terdampak pada luasan sekitar 8 – 10 km dari pusat erupsi.
“Gunung Agung itu 65 km dari Denpasar, dan 73 km dari Nusa Dua. Oleh karenanya daerah yang masih sangat aman, masih sangat luas,” tambahnya.
Baca: Pilgub Jatim, Fadli Zon: Mudah-mudahan Moreno Suprapto Mau
Lebih lanjut, Deputi Havas lantas menjelaskan langkah-langkah apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, apabila memang ada skenario terburuk. Ia menuturkan, Pemerintah telah melaksanakan berbagai simulasi dengan memperhitungkan laporan dari BMKG.
“Jadi kita melakukan simulasi dan melihat kondisi terburuk dari Gunung Agung dan dari hasil simulasi tersebut, maka maksimal kawasan yang terdampak hanya 8 - 10 km dari kaldera. Perwakilan negara-negara tadi, mereka sekarang mengetahui persis mana daerah yang sangat bahaya dan mana daerah yang aman,” terangnya.
Terkait dengan adanya kabar yang mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia akan menutup Bandara I Gusti Ngurah Rai dan jalur laut di Bali, Deputi Havas menjelaskan, hal tersebut nantinya akan melihat kembali data-data yang sudah dikantongi BMKG, utamanya adalah melihat pattern atau pola arah angin.
“Kita melihat dari perkembangan-perkembangan selanjutnya. Yang akan memengaruhi penutupan airport adalah pattern dari anginnya seperti apa. Nanti kita akan dapat informasi dari BMKG, tetapi prediksi terbaru, 21 Desember 2017 sampai dengan bulan Maret 2018, arah angin adalah ke arah utara atau mengarah lautan dan tidak mengarah ke selatan,” tutupnya.
Baca: Eks Pimpinan KPK, Sjahruddin Rasul Dimakamkan secara Militer di TMP Kalibata
Pertemuan atau briefing kepada para perwakilan dari Kedutaan Besar negara-negara asing ini dihadiri oleh perwakilan dari negara Inggris, China, Belgia, Jerman, Australia, Korea Selatan, Singapura, Swiss, Jepang, Bangladesh, Filipina, Belanda, Perancis, Qatar dan Maroko.