TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Santri yang juga budayawan asal Kabupaten Kudus, Khaled Sanusi, menilai selama 5 tahun kepemimpinan Gubernur Ganjar Pranowo bersama wakilnya Heru Sudjatmoko, di Jawa Tengah, tidak signifikan memberikan dampak bagi warga.
"Bisa dibayangkan apa yang didapatkan warganya. Itu yang dirasakan orang kebanyakan di Jawa Tengah (Jateng). Padahal, Jateng itu sesungguhnya membutuhkan figur Gubernur baru yang tidak sekedar obral janji. Tidak harus pandai bersilat lidah," ujar Khaled yang ditemui di anjungan Provinsi Jateng di TMII, Jakarta, Kamis (4/1/2018).
Khaled yang kerap disapa Gus Kholid itu menambahkan, seperti banyak tanggapan warga di sekitar pantai Utara (Pantura) yang belum merasakan perubahan serius baik secara ekonomi maupun efek positif dari penataan birokrasi.
Baca: Arsene Wenger: Penalti untuk Chelsea Lelucon Tak Pantas
"Hal demikian juga dirasakan masyarakat abangan atau kalangan nasionalis di wilayah Solo Raya. Dari beberapa kegiatan sosial yang seringkali saya ikuti didapat pernyataan serius mengenai harapan Gubernur baru yang tidak sekedar membuat warganya terpesona, tapi butuh yang ulet kerja. Bukan ulet bicara," sindir dia.
Tak hanya itu, kata dia ditingkatan lapisan masyarakat nasionalis dan sosialis di wilayah Jateng Selatan atau masyarakat agamis di pesisir Pantura berharap bahwa Keteng butuh pemimpin yang edukatif dan mumpuni dalam sistem demokrasi, seperti Sudirman Said yang akhir-akhir ini menjadi buah bibir masyarakat.
Baca: Perayaan Natal Bersama Pemprov DKI Diundur 13 Januari, Ini Pertimbangannya
"Gubernur Jateng yang baru sepertinya harus muncul di tengah kegamangan yang memuncak di hati masyarakat nelayan, petani, buruh maupun kaum agamis. Mereka butuh pemimpin yang bisa mewakili kultur yang ada," papar dia.
Dia berharap, provinsi yang memiliki lambang Kendi Amerta itu untuk 5 tahun mendatang sebaiknya dipimpin orang yang bernuansa baru, sehingga kedepannya provinsi ini bisa lebih baik kalau pemimpinnya bicara serius untuk perubahan.
"Menjelang pemilihan Gubernur (Pilgub) saat ini sengkarut opini yang sepertinya sudah tidak sehat kemungkinan akan berdampak buruk bagi masyarakat. Sepertinya saat ini masyarakat Jateng tidak lagi sekedar ingin suasana ajang kontestasi yang hanya butuh tokoh bercitra baik seperti Sudirman Said yang keluarganya asal Brebes namun tidak total 'melekat' di wilayah Jateng," papar dia.
Dijelaskan dia, pemimpin Jateng kedepan akan lebih mungkin bisa membumi apabila mendapatkan partner kerja yakni calon Wakil Gubernur yang bisa melengkapi dan mengenal Jateng dengan baik seperti Subroto yang pernah menjabat Wakil Bupati Jepara.
"Dia layak untuk itu sebab lama menjadi akademisi di Undip dan mendapat gelar doktor dari Unair. Dia memiliki pengalaman dalam pemerintahan. figur ini dikenal nasionalis agamis sehingga bisa mewakili harapan sebagian dari masyarakat yang berkiblat ke PDIP," ujar dia.
Baca: Perayaan Natal Bersama Pemprov DKI Diundur 13 Januari, Ini Pertimbangannya
Apalagi kata dia, dalam dunia politik Subroto juga sudah teruji di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menjadi Dewan Pakar DPW PPP Jateng. Selain itu dia seorang yang visioner dan dikenal sebagai tokoh yang njawani.
"Sangat terlihat ringan tangan dalam pengabdiannya selama menjabat Wakil Bupati Jepara," papar dia.
"Jadi, dari beberapa nama yang muncul di pemberitaan saat ini baik yang berbasis nasionalis dan agamis, entah politisi, akademisi dan praktisi, menurut saya terasa ideal jikalau pimpinan partai politik Gerindra, PAN dan PKS di Jakarta mau membagi kewenangannya memberi kesempatan kepada pasangan Sudirman Said-Subroto untuk menggantikan Ganjar Pranowo-Heru Sudjatmoko membenahi Jateng. Semoga saja hati mereka mendengar harapan ini," tutup Gus Kholid.