News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Menang Pemilu Turki, Inilah Empat Tantangan Berat Erdogan

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemilihan umum di Turki

TRIBUNNERS - Recep Tayyip Erdogan dinyatakan sebagai pemenang pemilu Turki dengan meraih lebih dari 50 persen suara berdasarkan hitung cepat beberapa media. Erdogan dipastikan kembali menjadi Presiden Turki.

Baca: Apes, ke Bali Naik Motor, Kakak-Adik Asal Lumajang Tertimpa Pohon di Situbondo, Begini Kondisinya

Kemenangan Erdogan yang diusung AKP atau Partai Keadilan dan Pembangunan ini juga membuat Erdogan menjadi presiden pertama Turki di bawah sistem konstitusi yang baru, yakni sistem presidensial.

Menurut dosen Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI, Muhamad Syauqilah, angka 50 persen yang diraih Erdogan sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan perolehan suara Erdogan pada pemilu presiden 2014, dengan perolehan suara 53 persen.

"Yang agaknya unik, perolehan Erdogan yang stagnan, tidak diikuti oleh AKP, dimana AKP mengalami defisit suara yang cukup tajam, sekitar 42 persen, terkoreksi 7 persen, pada 2015 AKP mencatatkan suara 49 persen," kata Syauqilah di kampus UI Salemba, Senin (25/06).

Yang tak kalah menarik, menurut pengamatan dia, adalah suara rival terkuat Erdogan, Muharrem Ince yang diusung Partai Rakyat Republik (CHP) sebesar 30 persen, padahal CHP sendiri berada di angka 22 persen suara. Ince diprediksi akan menggantikan Kemal Kilicdaroglu sebagai Ketua Umum CHP.

Menurutnya, perolehan suara Erdogan dan Ince, sebagaimana juga terjadi di negara lain, tidak linier antara kandidat capres dengan partai pengusungnya.

"Kemenangan satu putaran mengokohkan Erdogan sebagai tokoh sentral dalam politik di Turki. Hampir dua dekade, berkuasa dan tidak banyak koreksi elektoral atas kebijakannya selama berkuasa," tegas dia.

Syauqilah yang juga analis politik Timur Tengah ini mengatakan bahwa situasi ekonomi internal Turki yang mengalami inflasi 11,97 persen, kemudian situasi pasca percobaan kudeta 16 Juli, masalah keamanan dalam negeri dan konflik Suriah serta kondisi geopolitik Timur Tengah, tidak banyak berpengaruh untuk mengkoreksi keterpilihan Erdogan.

Pada titik itulah, dia memberikan empat tantangan yang cukup berat menanti Erdogan. Pertama, memperbaiki ekonomi dengan menekan angka inflasi yang sejak 2015 hingga 2017 terus menanjak naik.

Kedua, percepatan akselerasi kebijakan dengan sistem presidensial dari parlementer dalam birokrasi pemerintahan ke depan menjadi tantangan tersendiri.

Ketiga, masalah terorisme dan konflik dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), stabilitas keamanan dan partisipasi dalam kerangka damai konflik Suriah perlu mendapat perhatian.

Keempat, bagaimana implementasi sistem presidensial dalam kerangka koalisi dengan Partai Rakyat Nasionalis (MHP).

"Saya berharap di bawah kepemimpinan Erdogan untuk periode kedua ini, empat persoalan krusial Turki ada solusi terbaik demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Turki," pungkasnya. ***

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini