TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Berawal dari pengalaman Kuliah Kerja Nyata (KKN), lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) berdayakan kelompok wanita tani (kwt) untuk mengembangkan ekonomi kreatif.
Ekonomin kreatif yang dikembangkan adalah pengolahan cabai dan tomat di Desa Sukalarang, Sukabumi, Jawa Barat. Pengolahan yang dilakukan berupa pengolahan pascapanen dari kedua komoditas tersebut.
Desa Sukalarang merupakan penghasil produk hortikultura berupa cabai dan tomat.
Cabai dan tomat menjadi pilihan untuk dikembangkan karena kedua komoditas tersebut merupakan komoditas yang sering mengalami fluktuasi harga.
Baca: JK Ajak Pemerintah Serius Tangani Kesenjangan Antar Wilayah
Namun petani merasa kesulitan memasarkan hasil panen karena belum memiliki pasar yang tepat.
Seringkali apabila harga sedang turun petani lebih memilih tidak memanen hasil panennya karena apabila dipanen justru menambah kerugian karena harus membayar tenaga kerja memanen dan ongkos kirim barang ke kota yang belum tentu terjual.
Tidak jarang juga hasil panen yang dibawa tengkulak dikembalikan lagi pada petani saat hasil panennya tidak laku.
Baca: Jadwal Live Trans TV, Semifinal Piala Dunia 2018 Prancis Vs Belgia Pukul 01.00 WIB
Harga jual hasil panen ditentukan tengkulak sehingga apabila terdengar berita kenaikan harga jual tidak berpengaruh terhadap petani karena tengkulak tetap membelinya dengan harga yang murah.
Akan tetapi, apabila harga jual menurun petani merasakan dampaknya seperti harga yang murah atau bahkan hasil panen yang tidak jadi dijual ke kota karena dibawa kembali. Akhirnya hasil panen tesebut justru dibuang karena tanaman holtikultura yang mudah busuk dan tidak laku.
Tim yang terdiri dari Audi Sobriyan, Chandi Tri Akbar, Elsa Marviani, Dwi Mega Setia Kasih, dan Annisa Nurhidayah mengajak KWT untuk mengolah hasil panen cabai dan tomat menjadi produk olahan. Produk tersebut di antaranya adalah sambal tabur dan kurma tomat. Sambal tabur dan kurma tomat merupakan produk sehat yang dibuat tanpa pengawet dan MSG.
Baca: Rico Marbun: Jokowi Akan Rugi Jika Singkirkan Cak Imin dan PKB
Pemberdayaan dilakukan mulai dari pengolahan, packaging, dan pemasaran. Proses pengolahan dan packaging dilakukan bersama ibu-ibu KWT. Sedangkan pemasaran dibantu oleh ibu-ibu PKK, BUMDes, dan melalui media sosial.
Program ini mendapat respon positif dari pihak desa dan bahkan didukung penuh oleh pihak desa terutama oleh kepala desa dan istrinya.
Bukti nyata respon positif tersebut berupa permintaan lokakarya tentang program pemberdayaan KWT oleh kepala desa untuk sharing kepada KWT lain di Sukabumi.
Tidak hanya memberikan edukasi pengolahan pascapanen, kelima mahasiswa tersebut juga melakukan edukasi tentang pertanian, mulai dari cara budidaya, penanganan hama dan penyakit, dan cara panen yang baik.
Selain itu, sosialisasi terkait pentingnya P-IRT dan label juga di berikan kepada KWT sehingga program dapat berkelanjutan.
Kelima mahasiswa tersebut tidak sendirian, melainkan mendapat bimbingan dan arahan dari ibu Juang Gema Kartika, sebagai dosen pembimbing. Program ini merupakan salah satu dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKMM) 2018.