Oleh: Steven Setiabudi Musa
Ya, pertama-tama tentulah ucapan selamat dan apresiasi tinggi patut disampaikan kepada para atlet-atlet terbaik Indonesia yang telah berjuang keras untuk mengharumkan nama bangsa di Panggung Olahraga Akbar Benua Asia ini, Asian Games 2018.
Sepanjang 11 hari perebutan medali dilangsungkan di berbagai pentas persaingan cabang olahraga, terhitung sejak 19 Agustus hingga tulisan ini dibuat pada Kamis 30 Agustus ini tidak ada hari tanpa atlet Indonesia meraih medali.
Saat tulisan ini dibuat kontingen Merah Putih baru saja mengoleksi satu tambahan medali perak dari keberhasilan kuartet Bayu Kertanegara, Lalu Muhammad Zohri, Eko Rimbawan dan Fadlin di lari 4 x 100 meter.
Peraihan medali perak dari estafet 400 meter putra ini sangat fantastis, sebab baru kali ini lagi direbut setelah terakhir kalinya pada tahun 1966 yang berarti 52 tahun silam!
Fantastis! Mungkin memang itulah kata yang paling tepat untuk menegaskan dwisukses dari gelaran Asian Games XVIII-2018 ini. Sukses pencapaian prestasi dan sukses penyelenggaraan. Peraihan 30 medali emas, 23 medali perak dan 37 medali perunggu adalah rekor perolehan medali bagi Indonesia yang entah kapan lagi bisa diulang.
Pujian dari berbagai kalangan baik di dalam mau pun luar negeri atas kelancaran dan baiknya pelaksanaan seluruh rangkaian pertandingan sepanjang Asian Games 2018 ini berlangsung tentunya menumbuhkan kebanggan tersendiri.
Memang masih tersisa dua hari pertandingan pada Jumat dan Sabtu, sebelum penutupan pada Minggu, namun sudah pasti posisi kontingen Indonesia tak akan bergeser dari ururan keempat setelah Cina, Jepang, dan Korsel. Perolehan medali kontingen Indonesia juga tidak mungkin lagi disalip oleh Iran atau Uzbekistan yang berada di urutan lima dan enam.
Ini karena sisa medali yang diperebutkan di cabor yang masih dipertandingkan tidak mencapai jumlah yang dibutuhkan. Justru perolehan medali kontingen Merah Putih diperhitungkan masih bisa bertambah, memberi tekanan pada Korsel.
Sulit dilukiskan dengan kata-kata setiap kali mendengar kumandang lagu 'Indonesia Raya'. Menggiriskan hati dan membuat merinding. Di banyak venue kita melihat dalam tayangan langsung televisi tetes-tetes air yang mengalir dari sepasang mata para atlet yang berhasil membuat Merah Putih terkerek di tengah-tengah tiang.
Keberhasilan mengumandangkan 'Indonesia Raya' dan membuat sangsaka Merah Putih berkibar adalah buah dari kerja keras dan perjuangan tak kenal lelah dari persaingan di masing-masing cabang olahraga yang diikuti.
Atmosfir meluapnya semangat kebangsaan, nuansa meningkatnya kecintaan pada tanah air, dan keharuan atas keberhasilan dari perjuangan atlet-atlet terbaik ini terasakan setiap hari, karena memang tiada hari tanpa pencapaian prestasi dari mereka.
Mungkin tidak pernah diperhitungkan oleh siapapun yang memproyeksikan pencapaian duta-duta olahraga kita di Asian Games XVIII/2018 ini sejak awal jika koleksi medali emas kontingen Merah Putih bisa menembus angka 30.
Jumlah 20 medali emas adalah angka maksimal yang disebutkan dalam memperkirakan perolehan medali kontingen Indonesia. Bahkan Presiden Joko Widodo sekali pun nyaris 'tak berani' menyebut angka 20, apalagi 30.
Presiden hanya berulangkali menegaskan keyakinannya jika kontingen Indonesia mampu memenuhi target menduduki posisi 10 besar dengan taksiran peraihan medali emas 12 hingga 16 keping.
Tetapi, dari perjuangan para atlet dan doa seluruh masyarakat Tanah Air, Tuhan selalu punya cara aneh untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa tidak ada kerja keras dan pengorbanan yang sia-sia. Pencapaian besar pada Asian Games ke-18 tahun 2018 ini tentunya bukan sesuatu yang bisa diperoleh secara instan.
Memang terkesan 'ajaib' jika membandingkan sukses dari pencapaian prestasi di Asian Games 2018 dengan kegagalan di SEA Games 2017 Kuala Lumpur, Malaysia. Bayangkan! Tak sampai satu tahun kita mampu bangkit!
Sukses pencapaian prestasi atlet-atlet Indonesia tentunya tak terlepas dari motivasi tinggi mereka untuk memenuhi target yang ditetapkan pada cabornya masing-masing. Bertanding di depan pendukung sendiri dengan atmosfir yang luar biasa adalah stimulan. Arena pertandingan atau venue yang rata-rata baru diyakini meningkatkan kebanggaan dan sekaligus kepercayaan diri.
Keberhasilan pencapaian prestasi atlet -atlet Indonesia bisa difahami juga karena lebih intensifnya persiapan yang dilakukan masing-masing cabor. Memang sempat ada kekhawatiran Indonesia akan sulit memenuhi target "10 besar" dengan maksimal 16 medali emas karena kendala yang dihadapi beberapa cabor, termasuk cabor prioritas atau Olimpiade, yakni tersendatnya kucuran dana dari pemerintah untuk proses pelatihan berkelanjutan dan try-out atlet.
Namun, secara umum dalam proses pembinaan atlet menuju pencapaian prestasi puncak di Asian Games 2018 ini aspek pendanaan tak terlalu dipermasalahkan. Ini berbeda dengan saat persiapan menghadapi SEA Games 2017 silam.
Persiapan lebih baik yang dilakukan di sebagian besar cabor menuju Asian Games 2018 ini pun tak terlepas dari keinginan Presiden Joko Widodo. Tidak percuma jika presiden selalu menghimbau agar setiap cabor melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya. Bahkan, tidak sekadar menghimbau, presiden juga langsung melakukan kunjungan langsung ke cabor-cabor untuk melihat proses pelatihan atletnya.
Tindakan 'on the spot' yang kemudian presiden lanjutkan saat Asian Games sudah berlangsung. Hampir setiap hari presiden mendatangi venue venue tempat cabor berpeluang meraih medali emas. Kunjungan Jokowi bagaimana pun turut memberi spirit pada penampilan atlet-atlet yang diandalkan.
Presiden menyaksikan langsung peraihan emas pertama oleh Delfia Rosmania di pentas taekwondo di JCC Senayan, dan keesokan harinya 'mendampingi' Lindswell Kwok merebut medali emas wushu di Jiexpo Kemayoran.
Dan terakhir bagaimana kita melihat Presiden Jokowi mendatangi padepokan pencak silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk menyaksikan para pendekar Indonesia untuk kedua kalinya melakukan sapu bersih atas keseluruhan medali yang diperebutkan kala itu.
Jika sebelumnya para pendekar Indonesia menyapu -bersih delapan medali emas dari delapan kelas yang dipertandingkan, pada Rabu (29/8) sore itu para pendekar kita sukses merebut enam medali emas dari enam kelas yang mereka ikuti. Luar biasa, dari total 16 medali emas yang dialokasikan di cabor ini, 14 emas di antaranya direbut pendekar Indonesia!
Dari arena pencak silat itu pula kita menyaksikan kejadian luar biasa, pemandangan luar biasa, yakni pelukan kemesraan yang luar biasa antara Presiden Jokowi dengan Prabowo Subianto, kandidat presiden di Pilpres 2019 mendatang. Momen yang membanggakan, menyenangkan dan sekaligus mengharukan.
Indonesia memang luar biasa!
* Steven Setiabudi Musa, Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan