News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Maknai Agama Sebagai Alat Pemersatu Antar Umat untuk Mewujudkan Perdamaian

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siti Musdah Mulia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Ketua Umum Yayasan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP),  Prof Dr. Siti Musdah Mulia, MA, meminta kepada masyarakat untuk dapat memaknai agama sebagai alat pemersatu antar umat untuk mewujudkan perdamaian dan persatuan.

Hal ini dikarenakan semua agama memiliki tujuan akhirnya adalah memanusiakan manusia

“Kita beragama itu salah satu tujuannya untuk kemanusiaan bukan sekedar untuk Tuhan saja. Apalagi dalam islam itu sangat sangat kental. Kalau kita perhatikan semua ibadah di dalam islam itu bagaimana kita sebagai manusia itu bisa menjadi lebih baik terhadap sesame,” ungkap Prof Dr. Siti Musdah Mulia, MA, Kamis (27/12/2018).

Dirinya mencontohkan, salah satu perintah dalam islam untuk melaksanakan sholat salah satunya memiliki tujuan agar kita tidak melakukan hal-hal yang keji terhadap sesama.

Bahkan bukan hanya dengan sesama, di islam itu sendiri mempunya makna Rahmatan Lil Alamin yang betul betul rahmat bagi semua alam, yang  di dalamnya ada manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga lingkungan.

“Oleh karena itu sebagai orang yang beragama harus tercermin dari bagaimana perlakuannya terhadap seluruh lingkungannya. Sebagai umat beragama kita harus selalu menjaga hubungan dengan tuhan, hubungan dengan sesama manusia dan mahkluk-mahkluk lain. Saya pikir islam itu benar-benar bagaimana menjaga agar supaya agama ini menjadi benar-benar Rahmat, bukan bencana bagi sesama mahkluk,” jelas Guru Besar pemikiran politik Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Dirinya melihat jika selama ini ada kelompok-kelompok lain atau kelompok radikal yang suka memakai bungkus agama dalam mengkapanyekan sesuatu yang tentunya dapat memecah belah persatuan diantara umat manusia.

Hal ini dikarenakan agama adalah sebuah identitas yang mudah sekali untuk dijual yang tentunya akan berbahaya bagi masyarakat yang selama tidak memahami agama dengan baik. Untuk itu dirimya meminta kepada masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi dengan alasan agama.  

“Mari kita mengajarkan agama secara baik dan benar. Ini penting dalam membangun sebuah budaya baru melalui pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya. Pendidikan agama itu penting karena tujuannya untuk mengasihi, membangun kasih sayang, bukan untuk saling mencaci maki dan perbedaan agama juiga bukan untuk saling memusuhi,. Karena tidak ada agama di dunia ini yang mengajarkan untuk saling bermusuhan, perseteruan antar sesame ataupun saling menyakiti,” ujar wanita kelahiran Bone, 3 Maret 1958 ini.

Menurutnya, pendidikan agama itu penting sekali untuk bisa dimaknai yang seluas-luasnya oleh masyarakat baik itu di rumah tangga,  sekolah, kantor dan lingkungan lainnya. Apalagi di Kongres  Kebudayaan yang telah digelar tiga pekan lalu telah merekomendasikan kepada institusi-institusi pendidikan terutama mulai dari PAUD dan jenjang pendidikan berikutnya untuk lebih mengedepankan pendidikan agama.

“Pendidikan agama itu harus mengedepankan nilai-nilai universal, menanamkan nilai-nilai kasih sayang terhadap sesama, itu yang harus dipentingkan dalam pendidikan agama sehingga hasilnya itu adalah semakin dia beragama maka semakin mengasihi sesamanya,” kata wanita yang juga Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ) ini.

Dikatakannya, di dalam beragama itu tidak diperboleh memilih milih seperti yang seiman saja, karena di dalam agama islam itu juga diajarkan ukhuwah Basyariyah yakni sesama manusia apapun agamanya, apapun kepercayaannya untuk berbuat baik kepada sesama warga tanpa membedakan agama dan kepercayaan merupakan sunah Rasul yang harus dipertahankan. Apalagi kita sebagai warga negara Indonesia yang sangat majemuk.

“Sebagai orang yang beragama dan apalagi dengan mengaku sebagai orang yang berbangsa Indonesia  maka seharusnya memiliki rasa kemanusiaan yang lebih kuat. Merusak ukuuwah basyariyah sama dengan merusak sendi-sendi doktrin Islam,” tutur wanita pertama yang  dikukuhkan LIPI sebagai Profesor Riset bidang Lektur Keagamaan ini.

Menanggapi perdebatan yang marak di masyarakat akhir-akhir ini yang dihembuskan oleh kelompok-kelompok trertentu yang mengatakan bahwa mengucapkan selamat hari raya bagi pemeluk agama lain itu itu dilarang menurutnya hal tersebut tentunya adalah upaya untuk memecah belah sesama umat manusia.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini