News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

2019 Kenapa Harus Prabowo Notonagoro

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prabowo Subianto

Oleh: Alex Palit

Awalnya saya ingin menuliskan artikel ini dengan judul “2019 Ganti Presiden”.  Tapi nggak enak, selain nanti dikira nyontek hastag #2019GantiPresiden hak cipta Mardani Ali Sera, juga takut dianggap provokatif dengan hastag ini.

Begitupun ketika saya ingin menuliskan dengan judul “2019 Prabowo Presiden”, nanti takutnya dianggap nyontek hastagnya kubu No.02,#2019PrabowoPresiden. Sementara saya bukan timses Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo–Sandi.

Akhirnya saya pilih judul “2019 Kenapa Harus Prabowo Notonagoro”, karena menurut saya judul ini lebih argumentatif, ketimbang dua judul itu, biar nantinya nggak dianggap ikut-ikutan menyebarkan provokatif.

Sebetulnya dari pilihan judul tulisan “2019 Kenapa Haruas Prabowo Notonagoro” saya hanya ingin menterjemahkan semiotika bahasa tanda dari pernyataan Prabowo; Indonesia akan punah jika dirinya kalah di Pemilu 2019.

Pastinya dengan pernyataan yang cukup menyentak ini Prabowo punya landasan argumentatif, melalui hasil pemikiran yang mendalam, tidak grusa-grusuasbun – asal bunyi atau asal jeplak.

Pastinya apa yang disampaikan Prabowo, bukanlah dimaknai secara harafiah bahwa Indonesia akan mengalami kepunahan sebagaimana cerita “The Lost Atlantis”.

Pernyataan capres No.02 prihal Indonesia akan punah adalah sebuah semiotika yang harus kita baca sebagai bahasa tanda yang harus diterjermahkan secara platis dalam konteks realitas politik hari ini. 

Justru pernyataan capres No.02 ini harus dibaca sebagai isyarat politik, dalam terminologi politik kepunahan Indonesia itu akan bisa terjadi manakala kita menjadi bangsa yang gagal tidak mampu lagi pertahankan dan menjaga kemandirian kita sebagaimana amanat “Trisakti – Bung Karno”.

Sebagaimana sering dilontarkan Prabowo bahwa saat ini demokrasi kita dibajak dan sedang dirusak oleh iklim kleptokrasi - komprador. Sehingga sebagai sebuah bangsa tidak lagi memiliki kedaulatan atau kemandirian “Trisakti” sebagaimana yang diamanatkan founding father Bung Karno, yaitu kedaulatan dan kemandirian politik, ekonomi, dan kebudayaan, lantaran sudah berada dalam cengkeraman kendali kekuatan asing.

Pada titik inilah Indonesia akan punah, karena kita telah gagal dalam hal menjaga eksistensi, kemandirian, dan martabat kedaulatan sebagai sebuah bangsa lantaran kita sudah bertekuk lutut pada kendali kuasa kekuatan asing.

Justru itu sejatinya yang saya tangkap dari semiotika bahasa tanda pernyataan Prabowo Subianto prihal Indonesia akan punah jika dirinya kalah di Pilpres 2019.

Pastinya sebagai anak bangsa pewaris negeri ini tidak rela kekayaan alam yang gemah ripah loh jinawi ini terbiarkan dikeruk habis oleh dan untuk asing.

Saya pun kembali diingatkan oleh ucapan heroik Prabowo; kalau bukan kita – siapa lagi, kalau bukan sekarang – kapan lagi, menuju perubahan Indonesia baru yang bermartabat dan berdaulat.

Untuk itu, salah satu yang ikut menjadi faktor penentu dalam membawa Indonesia pada perubahan menuju sebagai bangsa berdaulat sebagaimana pernah menjadi tekad Bung Karno lewat perjuangan doktrin Trisakti-nya yaitu adanya kepemimpinan yang kuat (strong leadership), visioner, dan pemimpinprabowo notonagoro, pemimpin yang tegas dan berwibawa dalam menata negara, sebagai antitesa

Untuk keluar dari kleptokrasi – komprador ini Indonesia butuh kepemimpinan pemimpin prabowo notonagoro guna mengembalikan kedaulatan martabat bangsa sebagai bangsa besar, menjadi tuan rumah di negeri sendiri, bukan lagi menjadi antek kekuatan asing.

Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa rakyat saat ini makin dewasa dan cerdas dalam membaca, menterjemahkan, memilah dan memilih; mana pemimpin yang visioner, mana pemimpin yang selalu bersimulasi dengan tebar pesona pencitraan – mana pemimpin yang suka nyontek - mana yang sejatinya pemimpinprabowo notonagoro – mana pemimpin yang suka obral janji, tapi tidak satunya kata dengan perbuatan – dan mana pula pemimpin yang bisa pegang teguh amanah dan yang diharapkan jatidirinya punya kemampuan mengembalikan martabat “Trisakti – Bung Karno”.

Saya tidak alergi dengan hastag #Salam2Periode atau #SalamSatuKaliLagi. Saya tidak pula alergi dengan #2019GantiPresiden atau #2019PrabowoPresiden.

Saya hanya berharap pada # 2019KenapaHarusPrabowoNotonago ro. Semoga! 

Alex Palit, citizen jurnalis Jaringan Pewarta Indonesia “#SelamatkanIndonesia”

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini