TRIBUNNEWS.COM - Pesantren adalah salah satu tempat penggemblengan terbaik bagi peserta didik untuk siap terjun ke tengah masyarakat.
Bukan saja hanya mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup tetapi juga dididik memiliki spiritual dan karakter yang kuat.
Siswa atau santri sebagai tonggak sejarah lahirnya negeri ini harus terus berperan dinamis, progresif, kreatif, inovatif dan inisiatif serta bisa merancang masa depannya sendiri dengan membawa nilai-nilai keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, persaudaraan dan kebebasan.
“Pelatihan Manajemen Peta Hidup bisa menjadi referensi dan bahan ajar penting dalam rangka memotivasi santri untuk mengelola hidup dan merencanakan masa depan mereka dalam kehidupan keluarga, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Hasil dari Pelatihan Manajemen Peta Hidup bedampak signifikan untuk mengubah pola pikir peserta dan memberdayakan potensinya untuk mampu menetapkan strategi dan tujuan hidup menjadi lebih fokus dan terarah. Peserta yang sudah ikut program ini diharapkan profesionalisme dan kemampuan perencanaannya jauh lebih baik dan imtaq-nya meningkat” kata Dr. H. Bambang Dwi Hartono, M.Si. selaku ketua Prodi Manajemen SPS UHAMKA.
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan pertama yang lahir di Indonesia. Guru dan santri hidup berdampingan dan berasrama didalam suasana keilmuan dan kekeluargaan.
Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory memiliki 130 guru dan 2000 santri baik putera ataupun puteri.
Sehingga dengan jumlah sumber daya yang besar dan sebagai pelaksanaan tridharma perguruan tinggi dalam pemberdayaan dan pengabdiam masyarakat, maka Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (SPS UHAMKA) mengadakan kerjasama dengan Pondok Pesantren dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dan menyelenggarakan Pelatihan Manajemen Peta Hidup bagi Siswa dan Guru.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh sebagian besar santri adalah kurang memiliki perencanaan hidup yang terukur, belum tahu membuat peta hidupnya kedepan dan masih perlu banyak bimbingan ketika lulus dan terjun ke masyarakat nanti.
Selain itu masih kurang dalam mengoptimalkan waktu yang ada dan pola pikir yang kaku sehingga memiliki sifat patalistik menerima nasib apa adanya. Solusi bagi mereka adalah melaksanakan pelatihan yang berisi simulasi, role model, pembinaan, pengembangan dan bimbingan bagaimana mengelola peta hidup dan merencanakan masa depan, ,memberikan motivasi untuk sukses, percaya diri, keteguhan dan kebahagiaan. “Sukses Pondok Pesantren adalah upaya dan sinergi dari sukses individu-individu di dalamnya. Mengapa setelah lebih dari setengah abad kita merdeka, kesejahteraan dan kebahagiaan belum dapat kita wujudkan? Pangkal utama dari masalah ini adalah mentalitas dan mindset bangsa kita yang masih belum banyak beranjak dari masa penjajahan dahulu. Kita butuh manusia Indonesia yang optimistis, berpikir positif, tidak malas, bergerak kreatif dan inovatif;” menurut Arief Darmawan dari tim Ardama Indonesia sebagai pemateri dalam pelatihan ini.
Santri sebagai calon pendidik di masyarakat,, maka para santri memerlukan pembekalan guna meningkatkan potensi, kemampuan diri, profesionalisme, nasionalisme, patriotisme, mentalitas, dan perilakunya.
Selain itu, para santri sebagai aset bangsa memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dan digali untuk dapat mempersiapkan dan mencetak generasi bangsa yang mampu bersaing dan maju. Untuk mencapai hal tersebut, maka sejalan dengan program Revolusi Mental yang dicanangkan Pemerintah, maka pada hari Jum’at, 26 April 2019 bertempat di Aula Pondok Pesantren Al-Amanh Al-Gontory dilaksanakanlah puncak kegiatan Pelatihan Manajemen Peta Hidup. Hadir untuk membuka acara ini mewakili Pimpinan Pondok Pesantren Ustadz H. Nassan Al-Bintary, S.Ag., M.Pd.
Diharapkan program ini dapat meningkatkan kesadaranan dan kemampuan peserta untuk selalu hidup berencana, yakin dan positif terhadap diri sendiri dan juga orang lain, serta memiliki kemampuan dalam membuat Peta Hidup sebagai grand design masa depannya kelak. Program Kemitraan Masyarakat ini, diawali dengan pengisian survei potensi santri.
Hasil survei memperlihatkan bahwa santri sangat memerlukan pembinaan dan pelatihan agar mereka semakin giat belajar, punya cita-cita kedepan dan mampu menggapai impiannya ketika mereka lulus nanti serta mampu beradaptasi dengan masyarakat ketika mereka selesai masa studinya.
Dari hasil penelitian awal ini didapatkan bahwa masih banyak santri Pondok Pesantren yang masih bingung dan malu dalam membicarakan kemana selanjutnya mereka melangkah setelah selesai masa studi mereka.
Pada catatan lembar perkenalan yang diberikan terdapat jumlah santri akhir sebanyak 63 putera dan 87 puteri dengan rentang umur antara 16 tahun sampai dengan 19 tahun.
Sehingga total santri yang ikut pelatihan ini sebanyak 150 santri. Berharap dari Pelatihan Manajemen Peta Hidup ini, setiap santri lebih mengetahui bakat dan potensi dirinya, mengetahui mindset tentang hidup dan mindset tentang kesuksesan, mengetahui tentang kekayaan alam Indonesia dan bagaimana menjaganya, dapat merencanakan jalan hidup masa depannya, merancang cita-cita dan impiannya, serta bisa membuat manajemen waktu dan mencari role model yang tepat bagi dirinya.